Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sekejap Saja

19 November 2019   15:09 Diperbarui: 19 November 2019   18:05 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istana yang megah, berhiaskan lampu kristal disetiap sudutnya. Melambangkan kemewahan penghuninya. Ditambah lagi dengan pajangan pernak pernik indah dari logam mulia, manambah gaya elegant suasananya.

Namun di sudut menara pandang istana,  di tepi jendela, berdiri pemuda tampan penampilan sederhana. Matanya melemparkan pandangan pada orang-orang di bawahnya. Terlihat kerisauan dari wajahnya. Tak ada senyum menggantung pada bibir. Hanya terlihat raut wajah tertahan pada sudut sepi.

Tiba-tiba saja mata pemuda memancarkan cahaya. Senyum tersungging di bibirnya. Pemuda itu lalu bergegas meninggalkan jendela dan berlari meniti puluhan anak tangga hingga sampai di lantai dasar. Cepat sekali pemuda itu berlari, hingga napasnya terasa memburu dan terengah.

Segera dibukanya pintu istana. Berbaur dalam keramaian masyarakat kotanya. Matanya tampak mencari-cari sesuatu diantara puluhan penduduk kota yang tengah berpesta. Pesta di halaman istana dalam rangka kembalinya sang putra mahkota dari menuntut ilmu di negeri seberang.

Dari kejauhan terlihat sosok gadis cantik dengan rambut panjang terurai indah. Di kepalanya dihiasi mahkota bunga yang masih segar. Sepertinya rangkaian indah itu baru saja dibuat. Pemuda itu pun menatap senang. Tersungging senyum puas di bibirnya. Tampak apa yang dicarinya sudah ada beberapa langkah di depannya. Pemuda itu pun mendekat.

Namun keramaian membuat jarak yang dekat terasa jauh. Hingga sang gadis yang sedang tertawa bahagia sambil menari mengikuti alunan musik tersembunyi di tengah pesta. Pemuda itu mencari dengan pandangannya. Hingga akhirnya keasikannya terganggu dengan tabrakan keras sesosok tubuh dari arah belakangnya. Dia pun menoleh kesal.

"Hai... kalau jalan hati-hati." Pemuda itu kesal karena konsentrasinya terputus oleh tabrakan itu.

"Kamu yang seharusnya hati-hati. Lagi pesta kok bengong sendiri. Aneh. " Terdengar suara perempuan yang sedikit kesal juga.

"Apa katamu?" Pemuda itu tersinggung mendengar ocehan perempuan di belakangnya.

Pemuda itu lalu memalingkan tubuhnya dan menangkap tangan perempuan tadi yang hampir saja pergi menjauhinya. Tampak rambut panjang tergerai menutupi punggungnya. Perempuan itu berontak namun pegangan itu terlalu kuat untuk di tepis. Dengan gesit, dia membalikkan badannya hingga rambutnya tersibak mengenai wajah pemuda sederhana tadi.

"Aduh!" Pemuda mengucek-ngucek matanya yang perih terkena kibasan rambut dengan kedua tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun