Kupandangi wajahnya yang kemerahan dengan senyuman. Dari kedua bola matanya yang sekilas memandangku, aku tahu kalau Wati jujur. Tapi yang aku tak tahu, mengapa wajahnya jadi kemerahan seperti itu?
*****
"Berdasarkan pengamatanku, sepertinya Wati lebih memilih kamu dech." Rudi berujar ketika kami sedang rebahan di kamar sepulang dari rumah Wati.
"Memilih aku untuk apa?"
"Ah... kamu jangan pura pura nggak tahu. Sensitif dikit kek dengan perempuan."
"Kamu itu nggak usah bertele tele gitu. Aku sudah pusing dengan kecurigaanku terhadap kejadian akhir akhir ini. To the point aja kenapa sich?"
"Oke. Maksudku, Wati sudah jatuh hati padamu."
"Apa!?!?"
"Kamu nggak usah kaget begitu. Aku tahu kok kalau kamu juga suka padanya." Rudi bersungut kesal.
"Emang salah kalau aku juga suka dia?"
"Nggak salah kok. Karena itu aku mundur teratur aja dech. Nggak sanggup aku bersaing dengan kamu yang jelas jelas berita kegantengannya sudah tersiar seantero dunia." Rudi tertawa mesem.