Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Damai Tanah Kita

17 Oktober 2019   22:25 Diperbarui: 18 Oktober 2019   04:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kobaran amarah memantik pertikaian. Ketika rasa tak terima, menyeringai, menyeruak, meluap dan keluar dalam bentuk keganasan sikap. Tak mampu dibendung dengan kata maaf sekalipun.


Lidah api yang menyala terang seperti gambaran energi emosi yang tak terkendali. Meliuk ke kanan, terlampiaskan dalam kebrutalan. Meliuk ke kiri, menyingkirkan logika dan mata hati. Buta karena emosi.


Terlepas Mandau dari pelindungnya. Terangkat di tanah adat yang ramah. Bukan karena tak suka, namun membela kehormatan yang ada. Terinjak karena kebiadaban tingkah semata.


Kini, kehilangan menjadi pelajaran bersama. Bahwa tak semua kepemilikan abadi di tangan kita. Peran Tuhan lebih berkuasa atas apa yang tertumpah di tanah kita. Ikat tali tuk simpul perdamaian antara keduanya.


Olo manin aso buen siolondo....Aamiin....

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 17 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun