Malam gelap, tanah basah diselimuti kabut tebal. Suasana hening. Bau aroma tanah lembab dari jalan setapak itu semakin menambah suasana malam yang mulai merambat kelam. Teriakkan jangkrik saja tetap tak bisa mengurangi keseraman suasana kala itu. Hingga detak jantung pun terdengar lebih jelas di telingaku.
Aku berjalan di antara serasah daun kering yang sejak tadi rela terinjak injak sepatu. Suara kremes garingnya pun tak membuat suasana malam itu lebih cair. Bahkan hewan malam pun tak bergeming mendengar bunyi gemerutuk gigiku yang mulai beradu karena kebekuan malam yang semakin membatu. Dinginnya menusuk hingga ke tulang rusukku.
Dengan langkah mengendap perlahan, aku bergerak maju mengikuti sesosok bayangan lelaki di depanku. Entah apa yang mau kami tuju. Tak ada kode atau pun kata kata yang terlontar dari bibirnya. Kami hanya diam mengumandangkan desah napas yang semakin lama semakin menderu. Dengan tatapan lurus ke depan mengikuti jalan setapak yang sejak tadi menjadi penunjuk semu.
Terlihat dari kejauhan sebentuk bangunan kuno terbuat dari kayu dengan bilik bambu. Bangunan khas itu hanya diberi penerangan obor dari bambu muda. Dari jendela yang terang karena lentera, tampak bayangan hitam bergerak. Tampaknya ada sebentuk kehidupan di dalam bangunan itu. Pantas saja ada obor yang menyala di sana. Tapi... siapakah penghuninya? Adakah orang lain yang lebih dulu ke sana sebelum kita?
Beribu tanya berkecamuk dalam otakku. Tapi aku tak berani bertanya pada lelaki di depanku. Aku tak ingin suaraku mengusik penghuni rumah itu. Namun nyamuk nakal yang bermain main di wajahku membuat tanganku sibuk memburunya. Kulihat dalam temaram cahaya obor, tampak wajah tegang lelaki di depan berbalik menghadapku sambil meletakkan telunjuk di bibirnya.
"Stttt...."
BERSAMBUNG
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 13 September 2019