Sepoi angin tak mampu mengusir kemarau. Kipas elektrik tak jua bisa mendinginkan suhu tubuh. Badan gerah, otak lelah, mata jengah melihat berita berita yang kurang indah.
Sementara di luar sana, petani sayuran menengadahkan kedua tangan. Berharap hujan melembabkan tanah. Hijau sayuran penting untuk dipetik. Demi uang makan pun jua jajan anak baru sekolahan.
Kenapa tanah retak di sini tak jua ada di sana? Mengapa suhu gerah kemari datangnya? Mengapa awan hitam pergi ke arah Utara? Sedang angin selatan menghantarkan Baranya?
Sudahlah. Tak perlu mengeluh buta. Bukankah Tuhan paling adil dari hakim teradil sekalipun? Semua tak sama. Sesuai dengan kadar keinginanNya. Tak pantas dibicarakan seenaknya.
Kelak awan putih bercumbu bersama. Hingga jenuh lalu merintikkan air matanya. Basah tanah basah jiwanya. Hingga rumput teki hijau merona. Lalu mereka tebar tebar pesona. Bergembira karena Tuhannya.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 18 Juli 2019.