Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Rumput Teki Tebar Pesona

20 Juli 2019   06:32 Diperbarui: 20 Juli 2019   07:29 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sepoi angin tak mampu mengusir kemarau. Kipas elektrik tak jua bisa mendinginkan suhu tubuh. Badan gerah, otak lelah, mata jengah melihat berita berita yang kurang indah.

Sementara di luar sana, petani sayuran menengadahkan kedua tangan. Berharap hujan melembabkan tanah. Hijau sayuran penting untuk dipetik. Demi uang makan pun jua jajan anak baru sekolahan.

Kenapa tanah retak di sini tak jua ada di sana? Mengapa suhu gerah kemari datangnya? Mengapa awan hitam pergi ke arah Utara? Sedang angin selatan menghantarkan Baranya?

Sudahlah. Tak perlu mengeluh buta. Bukankah Tuhan paling adil dari hakim teradil sekalipun? Semua tak sama. Sesuai dengan kadar keinginanNya. Tak pantas dibicarakan seenaknya.

Kelak awan putih bercumbu bersama. Hingga jenuh lalu merintikkan air matanya. Basah tanah basah jiwanya. Hingga rumput teki hijau merona. Lalu mereka tebar tebar pesona. Bergembira karena Tuhannya.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 18 Juli 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun