Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Belajar dari Keputusan Langit

28 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 28 Juni 2019   08:43 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika langit memutuskan menjatuhkan hujan sekedar tuk mendamaikan panas, saat itulah aku berharap lupa pada luka. Membasuh serabut usang yang meninggalkan noda. Menjemurnya dan menanti kilau bersihnya. Berharap bahagia setelah lupa.


Ketika langit memutuskan untuk mengganti kelam menjadi cerah, saat itulah kutersadar perputaran waktu mengajarkanku kesempatan tuk berubah. Mengolah rasa agar menjadi tegar. Dalam putusanNya yang tak semua dapat kuterima.  


Dan ketika langit memutuskan buram, saat itulah aku tahu perihal kebahagiaan pun kepedihan tak dapat dipisahkan. Ini bukan tentang keindahan pun jua tentang kejelekan hari. Tapi memang semua tak mesti kita pusingkan karena harus dimengerti.


Biarlah gelap datang setelah perginya senja. Nanti kan ada rembulan yang menghangatkan. Biarlah debu menutupi kerinduan. Kelak ada awan hujan yang kan membasuhnya. Berharap tanah basah berlapang dada. Merawat benih harapan tuk masa keindahan.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 28 Juni 2019.

Terinspirasi dari puisi Ketika Langit Memutuskan oleh Zaldy Chan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun