Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kertas Ajaib

24 Mei 2019   14:01 Diperbarui: 24 Mei 2019   14:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com


Pemilik toko tersenyum seakan perjaka ini sedang melucu dihadapannya. Diperhatikannya secarik kertas berhiaskan tinta hitam. Tampak senyum tadi terulang kembali. Lalu dipandanginya perjaka yang berdiri di hadapannya. Dari ujung kepala sampai ke dada, lalu terhenti. Sang perjaka merasa seperti ditelanjangi."

Apa yang kau pandangi?"

"Aku hanya melihat sisi beda dari tulisanmu ini." Jari telunjuknya mengarah pada satu kata yang tertulis di kertas itu.


"Apanya yang beda? Itu hanyalah sebuah kata." Perjaka tak mau terlena.


"Kau tuliskan kata sabar di sini. Namun kulihat dadamu terasa sesak. Napasmu turun naik tak teratur, raut wajahmu cemberut dan tuturmu penuh kebencian."


"Apa hubungannya dengan itu semua? Yang jelas, aku tak menemukan keajaiban dari kertas ini. Karena itulah, kau kusebut penipu."


Pemilik toko hanya tersenyum melihat tingkah perjaka yang sedang emosi. Percuma debat dengan orang yang sedang emosi. Dia tak akan pernah bisa menerima penjelasan karena hatinya masih dikuasai amarah.


"Ah... nggak usah senyaman senyum.  Yang jelas aku nggak percaya lagi sama kamu!" Sang perjaka mengarahkan telunjuknya ke arah pemilik toko sedangkan tangan satunya mengambil paksa kertas tadi dari tangan pemilik toko lalu sibuk meremasnya dan melemparkannya ke tempat sampah tepat di samping meja kasir.


Pemilik toko tersenyum lebar. Sedangkan  sang perjaka pergi dengan tangan hampa. Terlihat Kecewa dan kekesalan pada wajahnya. Yang tersisa hanyalah gumpalan kertas harapan yang terhenti di tempat sampah tanpa ada yang memahaminya.


Begitu perjaka tadi keluar melewati pintu kaca, tiba-tiba saja mengepul asap putih dari tempat sampah dekat meja kasir tadi. Pemilik toko bergegas mendatangi tempat sampah untuk memastikan apa yang terjadi. Ternyata, remasan kertas yang dibuang perjaka di tempat sampah terbakar dan berubah menjadi kehitaman hingga tak tampak lagi tulisan di atasnya.


Kertas kecewa. Dengan rela ia serahkan bagian tubuhnya untuk terluka dengan goresan tinta namun menjadi tak berguna. Lembar putihnya telah ternodai dengan ungkapan hati namun sia-sia karena tak pernah dicoba. Karena itulah kertas membakar emosinya untuk menghilangkan semua gundahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun