"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh di kemudian hari" Â Pramoedya Ananta Toer
Topik ini sudah lama hendak saya tulis, tapi selalu saja tertunda. Apalagi kalau bukan topik yang mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan yang mendasar: mengapa kita (harus) menulis?
Membangun Peradaban
Peradaban dibangun melalui tulisan. Tulisan yang diawali dari teknik yang paling sederhana hingga yang paling rumit.
Perubahan dan pembaharuan dilakukan dalam rangka menyempurnakan dan memperlengkapi tulisan sehingga menjadi simbol-simbol yang dapat merepresentasikan  pesan yang semakin jelas dari penulisnya.
Lambat-laun orang menyadari betapa tulisan itu sangatlah penting. Melalui tulisan, orang bijaksana, para pemikir, dan intelektual bisa mewariskan pengetahuan, pemikiran, dan pengalaman mereka dalam kepada generasi penerus.
Begitu dilakukan secara terus-menerus, dari generasi ke generasi. Dan, melalui tulisan-tulisan itulah orang yang hidup belakangan dapat mengetahui seperti apa pemikiran para pendahulu mereka. Mereka bisa belajar secara berlanjutan dari karya-karya pendahulunya.
Setelah mengetahuinya, mereka pun melengkapi karya itu dengan pemikiran dan karya mereka sehingga semakin lama semakin lengkap.
Apa yang kini kita wariskan sebagai lontar, prasasti tertulis, buku, dan sejenisnya, adalah hasil pemikiran masa lalu yang menjadi referensi yang sangat berharga.
Tantangan Terbesar