Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutuskan untuk Tidak Punya Anak, Lalu untuk Apa Menikah?

31 Agustus 2021   16:34 Diperbarui: 31 Agustus 2021   17:19 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan dan anak yang didambakan (Sumber:wanista.com)

Celebingkah beten biu! Gumi linggah ajak liu. Belahan pane, belahan paso. Ada kene, ade keto. Artinya? Ada banyak manusia di muka bumi yang luas ini, dengan bermacam-macam kemauannya, polah dan tingkahnya. Itulah potongan pantun yang sangat terkenal di Bali.

Begitulah hidup manusia, banyak keinginan, banyak kehendak. Setiap orang berbeda. Dalam hal motivasi pernikahan pun berbeda.

Ada yang ingin mendapatkan keturunan, ingin sah atau legal dalam hubungan, ada yang ingin menyatukan upaya dalam hidup, dan ada yang memutuskan untuk menikah tapi tidak ingin punya anak.

Yang mana yang akan dipilih atau menjadi motivasi dalam pernikahan, terserah pasangan tersebut. Tergantung keinginan dan kesepakan mereka berdua. Apa pun pilihan mereka akan menjadi tanggung jawab mereka. Merekalah yang menerima risikonya.

Ingin Punya Keturunan

Sebelum meneruskan uraian ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menengok dua kasus yang nyata terjadi. Kasus yang terjadi pada sahabat saya.

Pertama, sahabat saya seorang wanita. Sebut saja namanya, Luh Putu Rania. Ia bersuamikan seorang guru, sementara dia adalah seorang pegawai di pemerintahan.

Sepuluh tahun lamanya mereka menikah, namun belum juga dikaruniai anak. Selama waktu itu, ia sudah berusaha berobat secara medis. Berbagai usaha pun dilakukan agar bisa mendapatkan keturunan.

Rupanya usahanya tidak sia-sia. Menjelang tahun kesepuluh usia pernikahan mereka, akhirnya anak yang diidam-idamkan pun hadir. Luh Putu hamil dan sembilan bulan kemudian melahirkan seorang bayi perempuan.

Keluarga ini pun sangat bersyukur dan berbahagia. Anak yang didambakan sebagai buah perkawinan yang tidak kunjung hadir, akhirnya berada dalam pelukan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun