Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Latihan "Hidup Menderita", Mengapa Perlu?

9 Agustus 2021   20:02 Diperbarui: 10 Agustus 2021   05:55 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Saya akan bekerja keras agar anak-anak saya hidupnya baik dan bahagia. Saya tidak mau anak-anak mengalami penderitaan seperti yang pernah saya alami dulu."

Anda pernah mendengar kata-kata orangtua seperti itu? Atau, bahkan Anda sendiri yang mengatakannya? Sebagai orangtua, Anda merasa memiliki kewajiban untuk memberikan bekal kehidupan bagi anak-anak semampu Anda.

Tujuannya tiada lain adalah untuk membuat anak-anak itu merasa tenang, aman, nyaman dan segala kebutuhannya bisa terpenuhi.

Begitulah pemikiran sejumlah orangtua. Sebuah pemikiran yang dipenuhi oleh semangat agar kehidupan generasi penerus di dalam keluarga menjadi lebih baik.

Berlatih Menderita?

Menghindari penderitaan adalah hal yang mustahil. Tidak ada kehidupan yang terdiri dari kesenangan-kesenangan, tanpa kesulitan. Sebaliknya, tidak ada kehidupan yang terdiri dari penderitaan melulu tanpa sedikit pun merasakan kesenangan atau kebahagiaan.

Oleh karena itu, ketika kehidupan kita kini relatif baik dan stabil dari segi ekonomi dan lainnya, maka perlu untuk melatih diri menghadapi hidup dalam penderitaan sebagaimana diajarkan dalam filsafat Stoisisme. Ya, melatih diri hidup dalam penderitaan.

Kalau boleh diandaikan dengan tentara, mereka berlatih justru di saat damai, bukan? Bukannya mereka berleha-leha saat tidak ada perang. Mereka berlatih keras dengan berbagai senjata di medan yang berat.

Maksudnya tiada lain adalah jika suatu saat keadaaan tidak lagi damai karena ada serangan musuh misalnya, maka mereka sudah siap untuk berperang. Jadi, mereka mesti bersiap-siap untuk berperang selagi negara dalam keadaan damai.

Seperti halnya para tentara, kita pun seyogianya berlatih menderita! Saya sering juga menyebut hal ini sebagai berlatih hidup prihatin! Hidup dalam kesusahan, kesulitan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun