Apa yang terbayang oleh Anda begitu mendengar kata perpustakaan? Mungkin ini: sebuah tempat yang di dalamnya banyak berisi buku.
Kalau orang ingin membaca, ia akan datang ke situ. Lantas, mengambil buku, bergerak menemukan tempat duduk, dan matanya terpaku pada isi buku.
Perpustakaan memang adalah wahana membaca, tempat orang menggali ilmu pengetahuan. Tempat ini menjadi salah satu alternatif dalam berburu ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada masa kini, dengan paradigma baru (new paradigm), perpustakaan sudah kian modern. Banyak kemajuan yang dicapai. Alhasil, perpustakaan pun menjadi tempat yang menyenangkan, bagai sebuah taman bermain.
Seperti apa jelasnya? Mari kita lihat perbedaan paradigma lama (old paradigm)Â dan membandingkannya dengan paradigma baru (new paradigm) perpustakaan. Semuanya bergerak ke paradigma baru, menyambut modernisasi perpustakaan.
Pertama, perpustakaan bukan lagi gudang.
Mengapa? Kata gudang sendiri membaca kesan yang kurang baik, apalagi bagi buku. Gudang mengasosiasi pemikiran pada tempat yang letaknya di pojok, tidak terawat, dan amat jarang didatangi kecuali penting sekali.
Alih-alih memakai kata gudang, cukup menyatakan perpustakaan sebagai sumber ilmu. Dengan istilah yang lebih netral ini, kita tidak lagi 'memojokkan' perpustakaan, melainkan menempatkannya sebagai wilayah terhormat dalam dunia pendidikan dan kehidupan.
Kedua, perpustakaan aktif dan proaktif.
Perpustakaan zaman doeloe biasanya memberikan layanan hanya kepada mereka yang datang ke perpustakaan. Siapa yang datang, itulah yang dilayani. Pelayanannya terbatas dan pasif.
Petugas perpustakaan hanya akan duduk dan mengerjakan tugas-tugas internalnya sambil menunggu pembaca selesai membaca dan pergi.