Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah 5 Seni Berkomunikasi yang Efektif!

18 April 2021   08:39 Diperbarui: 19 April 2021   06:35 7769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seni berkomunikasi (Sumber: istockphoto.com)

Memandang teman berbicara mencerminkan kesungguhan kita mendengarkannya. Demikian juga kalau kita berbicara, berbicara seraya menatap mata pembicara juga merupakan hal yang positif asal sesuai dengan porsinya.

Melihat pembicara saat ia berbicara adalah bentuk perhatian dan respons yang baik. Ia akan merasa mendapat perhatian, dan tentu saja, akan tetap antusias untuk melanjutkan pembicaraannya. Ia pun akan merasa dihargai oleh si pendengar.

Kalau gantinya Anda yang berbicara, seyogianya Anda memandang teman yang diajak berbicara. Kalau orangnya banyak, lempar pandangan sedemikian rupa sehingga semuanya merasa mendapat perhatian. 

Sesekali lihat satu per satu, lalu lempar lagi pandangan Anda. Pembicara publik paham sekali dengan seni berkomunikasi dengan mata ini. Sesekali lihat hutannya, sesekali perhatikan pohon-pohonnya.

Ketiga, seni memahami
Pada saat orang lain berbicara, berusahalah memahami apa yang dibicarakannya. Berupayalah agar Anda mengetahui apa saja yang menjadi isi pembicaraannya. Tanpa memahami isi pembicaraan, Anda sudah membuang-buang waktu percuma.

Pada kenyataannya, banyak orang sekadar hadir dan sekadar mendengar, tapi sesungguhnya tidak sedang mendengar. Ia tidak fokus pada materi yang dibicarakan. Ia hanya sekadar hadir secara fisik di pertemuan, tetapi tidak mendapatkan tambahan informasi atau wawasan apa pun dari pertemuan itu.

Setiap pembicara tentu akan merasa senang jika mengetahui apa yang dibicarakannya bisa dipahami oleh orang lain dengan baik. Ia akan merasa berhasil dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ia juga merasa dihargai.

Bagaimana menunjukkan bahwa kita, sebagai pendengar, memahami bahwa apa yang dibicarakannya? Espresikan saja dengan cara alami melalui anggukan kepala, pandangan antusias, senyuman, dan gesture tubuh lainnya. Jika ada pembicaraan yang materinya lucu, tertawalah.

Keempat, seni bertanya
Dalam sebuah pembicaraan, adakalanya kita perlu bertanya tentang sesuatu hal. Maksudnya tiada lain untuk mendapatkan informasi tambahan atau lanjutan.

Atau, mungkin karena kita belum mengerti dengan gamblang tentang materi yang dipaparkan sehingga merasa perlu mendapat penjelasan lanjut.

Akan tetapi, bertanya tidak melulu dilakukan hanya karena ketidakmengertian, bahkan untuk menjaga komunikasi dua arah. Tanpa feed-back dari Anda sebagai pendengar, pembicara mungkin akan sulit untuk mengukur apakah Anda paham atau belum dengan materi yang disampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun