Ini, lagi-lagi, nasihat bijak tentang belajar. Tidak mengapa kalau kita tidak memiliki kekayaan berupa harta-benda. "Harta" yang wajib kita raih dan tanamkan dalam diri adalah ilmu pengetahuan yang berguna.
Berbekal ilmu pengetahuan jauh lebih unggul daripada berbekal kekayaan harta-benda. Begitu para tetua mengajarkan.
Alasannya, kekayaan harta itu bisa dicuri, bisa hilang, dan bisa habis karena salah kelola. Sedangkan, kaya ilmu pengetahuan akan membawa hidup lebih bijaksana, mandiri, dan bermakna.
Keempat, persiapkan diri, kesempatan datang hanya pada orang yang siap.
Nasihat ini saya dapatkan dari sebuah buku. Saya lupa, di buku mana saya pernah membacanya. Tetapi, syukur pesannya hingga kini masih melekat.
Menilik isi pesan buku itu, saya menginterpretasikan: adalah menjadi kewajiban kita untuk mempersiapkan diri menyambut masa depan. Jangan berleha-leha, membuang-buang waktu percuma, menyerah terhadap sifat malas. Waktu yang hilang dan sudah lewat tidak akan bisa ditemukan lagi.
Meningkatkan keterampilan atau keahlian adalah hal yang wajib dilakukan dengan berbagai daya dan usaha. Jangan diam atau berpangku tangan. Hindari memilih menjadi penonton, melainkan jadilah pemain yang aktif.
Barang siapa yang mempersiapkan dirinya dengan baik, maka dia akan menjadi pemilik masa depan.
Artinya, peluang terbesar untuk berhasil menangkap kesempatan yang muncul hanya pada mereka yang sudah mempersiapkan diri lebih awal. Begitulah saya mencoba memaknai pesan tersebut.
Kelima, berkelebihan di dalam berkekurangan.
Ini adalah pesan tentang menabung atau investasi. Pesan ini berasal dari seseorang yang menjadi atasan atau pimpinan saya, dulu.