Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Mana, Mengeluh atau Bersyukur? Begini Hasil Akhirnya!

18 Maret 2021   05:16 Diperbarui: 20 Maret 2021   08:39 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadikan bersyukur sebagai kebiasaan (Sumber gambar: wattpad.com)

Kedua, takut melakukan segala sesuatu demi kemajuan, gara-gara khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap dirinya. Yang bersangkutan takut mengalami kegagalan mengingat yang ia lihat di depan mata hanyalah hambatan demi hambatan, kesulitan demi kesulitan.

Ketiga, melihat hidup ini serba suram. Tidak ada secercah sinar pun yang akan membantunya menapaki jalan ke depan. Semuanya suram, bahkan gelap. Tidak ada seorang pun yang dipandangnya akan benar-benar bersedia membantu.

Banyak orang terlihat menjadi lawan yang siap menertawakannya jika jatuh, bukan menjadi teman yang siap membantu dalam meraih kemajuan.

Kebiasaan Bersyukur

Alih-alih mengeluh terus-menerus dengan efeknya yang merusak, lebih baik banyak bersyukur. Ya, bersyukur tentang segala hal yang sudah dimiliki, yang sudah dialami.

Berikut ini disampaikan dampak positif dari kebiasaan bersyukur.

Pertama, mampu merasakan kemahakuasaan Tuhan. Orang yang rajin bersyukur akan merasakan  banyaknya karunia Tuhan yang pantas disyukuri. Ia pun percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik. Ia juga yakin bahwa Tuhan akan selalu menuntunnya menuju lebih baik.

Bisa bangun pagi dalam keadaan sehat, bisa menikmati sarapan pagi yang sederhana, bisa mengerjakan tugas keseharian dengan baik, dan tiba di rumah dengan selamat. Semua itu terasa dan terlihat nyata sebagai rakhmat Tuhan yang patut disyukuri.

Kedua, tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang lebih berpunya, misalnya, sama saja dengan mengundang rasa ketidakpuasan. Bila berkembang lebih intens, bisa menjadi orang akan merasa bahwa hidup ini benar-benar tidak adil terhadapnya.

Ketiga, bersyukur akan mengundang rasa syukur yang semakin banyak. Jika hari ini kita mampu melihat dan merasakan ada 7 hal yang bisa disyukuri dalam sehari, jika sering melakukannya, akan semakin banyak hal yang akan bisa disyukuri.

Hal-hal yang tadinya luput dari amatan, akhirnya terkuak dan terlihat dengan jelas bahwa ternyata banyak hal lagi yang bisa kita syukuri. Tidak lagi 7 hal yang kita syukuri, mungkin akan menjadi sepuluh atau lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun