Menulis dengan cermat dan hati-hati. Pilihan bahasanya pun tak lepas dari etika atau kesantunan. Begitulah seyogianya.
Akan tetapi, jangan juga terlalu baperan, nggak nanti begini, nggak nanti begitu, dalam menulis. Menjadi penulis yang serba khawatir. Jangan!
Kalau tulisan kita sudah merupakan hasil upaya maksimal, saya yakin kita akan selamat dan bahkan bisa mendapat jempol dari pembaca. Jadi, menulis dan menulis sajalah dengan sebaik-baiknya.
Berpola Hidup Sederhana
Kedua, penulis harus siap hidup sederhana. Sebetulnya, ada banyak peluang untuk mendapatkan pendapatan dari menulis. Bisa sebagai kolumnis di beberapa media, sebagai penulis biografi, sebagai bagian dari redaksi media mainstream, dan lainnya.Â
Kalau kita sudah masuk ke dalam pekerjaan itu, kemungkinan persoalan penghasilan tak menjadi masalah besar.
Akan tetapi, jika memilih menjadi penulis freelance atau penulis lepas, mesti disadari bahwa pendapatan dari menulis sama sekali tak bisa diandalkan. Terlebih-lebih bagi penulis yang sudah berkeluarga yang kebutuhannya jauh lebih besar daripada hanya menanggung diri sendiri.
Kalau dia ingin hidup lebih baik, maka ia mesti mendapatkan penghasilan dari sumber lainnya. Misalnya, menyewakan rumah kost, memiliki sawah-ladang dan bertani, bekerja sebagai pengajar, pegawai kantoran, dan lainnya.
Kesediaan Terus Belajar
Ketiga, kesediaan untuk terus belajar. Coba dibayangkan apa yang akan terjadi jika seorang penulis emoh belajar, malas meningkatkan pengetahuan dan pengalaman.