Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Membaca Kiprah dan Pesan Pak Jakob Oetama

10 September 2020   19:33 Diperbarui: 11 September 2020   21:44 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Jakob Oetama. (Foto: KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)

Pertama, selalu bersyukur. Sebagaimana ditulis Lilik Oetama, CEO Kompas-Gramedia dalam Sambutan buku ini, bahwa nasihat yang paling sering Pak Jakob Oetama ucapkan adalah agar kita selalu bersyukur dengan keadaan apapun, suka atau duka.

Pak Jakob juga selalu mengingatkan jajarannya untuk hidup sederhana. "Nasihat lain yang saya terima adalah agar kami hidup sederhana karena banyak teman di sekeliling kita yang hidupnya berkekurangan," tulis Ninok Leksono.

Kedua, wartawan harus gumunan.  Makna bebas kata 'gumunan' adalah keheranan atau terheran-heran. Wartawan mesti gumunan, menurut Pak Jakob, berarti wartawan harus merasa tertarik dengan hal-hal atau fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

Dengan sikap demikian wartawan akan bergairah bekerja dan menggali lebih dalam sehingga menghasilkan tulisan yang mengandung sesuatu yang baru dan menarik serta bermanfaat bagi pembaca.

Wartawan, menurutnya, tak boleh melihat segala sesuatunya biasa-biasa saja. Kalau sikap itu dikedepankan, bukan tak mungkin tulisan yang dihasilkan akan kering dan tidak berbobot.

Ketiga, riding the wave. Satu hal lagi yang dinasihatkan Pak Jakob kepada para wartawan adalah agar tidak pasif dalam menangani berita, tetapi sebaliknya, wartawan harus proaktif sehingga ia tidak dikendalikan tetapi mengendalikan berita.

"Dalam bahasa Pak Jakob, wartawan harus 'menunggangi ombak' (riding the wave), bukan diombang-ambingkan ombak atau malah digulung ombak," tulis Ninok Leksono mengutip ucapan Jakob Oetama dalam buku ini.

Riding the wave atau full command of the news meniscayakan wartawan memiliki sejumlah persyaratan yang dibutuhkan: ia harus kuat dalam fisik dan pengetahuan, serta tekun dan memiliki semangat juang untuk menggeluti permasalahan.

Keempat, jadikan peristiwa sebagai kapstok. Anda tahu kapstok, bukan? Ya, benar, itu kata lain dari gantungan baju. 

Menjadikan peristiwa sebagai kapstok dimaksudkan oleh Pak Jakob Oetama bahwa wartawan tak boleh merasa cukup dengan mendengar dan melihat suatu peristiwa, lalu melaporkannya. Melainkan, ia mesti membuat sebuah berita lebih dari sekadar itu, yaitu berita yang bermutu, lengkap, dan komprehensif.

"Bukan hanya itu, keyakinan Pak Jakob, laporan jurnalistik yang baik juga memberi pembacanya pemahaman akan makna peristiwa tersebut," tulis Ninok Leksono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun