Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Ajaran "Catur Guru" dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bali

13 Agustus 2020   10:45 Diperbarui: 14 Agustus 2020   14:15 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels/Artem Beliaikin

Apa yang terpikir oleh Anda ketika mendengar kata "guru"? Mungkin serta-merta akan ingat sosok yang berdiri di depan kelas, yaitu guru di sekolah atau dosen di kampus. Bahkan, bisa dikembangkan termasuk guru bimbingan belajar yang juga turut berperan mengembangkan kemampuan anak-anak kita.

Orangtua Itu Guru
Akan tetapi di lingkungan masyarakat Bali, guru dimaksud tidak melulu guru yang mendidik di sekolah dan yang mengajar di kampus-kampus. Bahkan, jauh lebih luas dari itu.

Dalam kearifan lokal (local wisdom) Bali dikenal dengan istilah catur guru, yakni empat kategori guru yang patut dihormati dan digugu sebagai bentuk bhakti.

Pertama adalah guru rupaka, guru yang nge-rupaka (membuat kita ada), alias orangtua kita sendiri. Mereka yang melahirkan dan merawat dan membesarkan kita. Ini termasuk dalam arti guru genetis.

Mengapa orangtua disebut guru? Tiada lain karena peran orangtua di rumah adalah mendidik putra-putrinya sehingga tumbuh dewasa dengan karakter yang baik. Orangtua-lah yang pertama-tama menjadi pendidik bagi anak-anak melalui proses pembelajaran informal di rumah masing-masing.

Dan, rumahlah yang menjadi "kawah candradimuka", tempat orangtua menggembleng mentalitas dan keterampilan putra-putri mereka sehingga menjadi pribadi yang tangguh saat dewasa. Dan, orangtua menjadi pemeran utamanya.

Guru Tak Digaji
Sebagai tambahan, di beberapa daerah di Bali, bukan hanya orangtua genetis yang disebut guru. Para paman alias saudara dari orangtua terkadang juga diberikan sebutan 'guru.' Ini adalah sebentuk penghormatan terhadap orang yang pantas dihormati.

Senior saya, Bapak Made Arya -- pensiunan dosen agama, pada suatu kesempatan berseloroh, katanya di Bali banyak 'guru' yang tak digaji, he he he. Ya, guru seperti inilah yang dimaksudkan ini, yaitu para para paman itu.

Kedua adalah guru pengajian, yaitu guru yang secara formal menyandang predikat sebagai guru. Ia bisa guru di tinggat TK hingga SMA, bisa juga "guru" di kampus yang biasa disebut dengan istilah dosen. Tak perlu dijelaskan lagi mengapa kelompok ini disebut guru pengajian.

Karena tugasnya mengajar dan mendidiklah yang membawa mereka pada predikat sebagai guru pengajian, guru yang bertugas memberikan pelajaran untuk dijadikan bekal hidup bagi siswa atau mahasiswa didikannya. Wujudnya bisa berupa transfer teknologi dan transfer ilmu pengetahuan, yang semuanya berbasis pada penguatan karakter yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun