"Bagi saya, yang terpenting mereka jujur, Pak," tambahnya. Saya tertarik mendengar pernyataan si pemilik cucian mobil. Ia lalu menjelaskan seperti apa dan mengapa kejujuran karyawan di usaha yang dia pimpin ini begitu penting.
Kisah Raja Mencari Calon Pejabat
Hingga di sini, saya jadi teringat tentang sebuah cerita yang pernah saya baca, dulu. Saya benar-benar lupa di buku mana saya membacanya. Kendati saya lupa di buku mana, tapi saya selalu ingat dengan jalan ceritanya. Pembaca mau menikmatinya juga? Baiklah. Tapi, ini versi saya ya, nggak sama dengan aslinya, tentu.
Dikisahkan, seorang raja memerlukan orang yang memiliki kompetensi untuk sebuah jabatan. Ia merenung, bagaimana cara mengetes para calon yang sudah ada. Ia merasa, kelima calon memenuhi syarat dilihat dari sisi kemampuannya bekerja. Padahal, sang raja hanya memerlukan satu orang dari lima calon yang dipandangnya layak. Dia pun berpikir untuk menemukan cara yang tepat mendapatkan karyawan terbaik.
Kelima calon pejabat itu dipanggilnya. "Abdiku, seperti sudah kalian ketahui, aku hanya membutuhkan satu orang untuk jabatan strategis yang aku tawarkan. Kebetulan pejabatnya sudah pensiun. Jadi, kuberikan kesempatan kepada salah seorang dari kalian untuk berkompetisi mengisinya nanti.
Kelima abdinya pun mengangguk dan bersiap mengikuti seleksi jabatan. Sang raja tak merasa perlu membentuk Tim Seleksi yang banyak kita kenal belakangan ini untuk mendapatkan calon pejabat di pemerintahan ataupun di perusahaan swasta.
"Begini. Kepada kalian berlima, masing-masing akan kuberikan sebutir kacang tanah. Hanya satu butir per orang. Nanti tanam di dalam pot dan bawa kemari hasilnya setelah tepat sebulan," kata sang raja sambil memberikan masing-masing satu butir kacang kepada kelima abdinya.
Kelimanya pamitan untuk melaksanakan arahan sang raja. Setibanya di rumah, mereka segera menanam satu butir kacang itu sedemikian rupa. Ia memperlakukannya seperti menangani bayi yang baru lahir, sangat hati-hati dan lembut.
Selang sepuluh hari kemudian mereka sama sekali tak melihat tanda-tanda kacang tanah itu tumbuh. Mereka bingung, apa yang harus dilakukan. Menjaganya sudah, menyiram dengan air secukupnya juga sudah. Menempatkannya di tempat yang tak terpapar langsung sinar matahari pun sudah dilakukan. Seharusnya, kacang itu sudah berkecambah, muncul dari dalam tanah. Tetapi, ternyata tidak.
Empat dari lima orang abdi lalu menggantikan kacang yang ditanamnya itu dengan butiran kacang baru, dipilihnya dari bibit yang terbaik. Tak lama kemudian kacang itu pun tumbuh dengan daun kecilnya yang cantik. Lambat laun kian meninggi dan membesar. Satu orang abdi, juga mengalami kebingungan karena kacangnya tak tumbuh, tapi memutuskan mendiamkannya saja.
Saatnya Kembali ke Istana