Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ikuti "Panggilan Jiwa" Anda untuk Hidup Lebih Bermakna

22 Mei 2020   11:09 Diperbarui: 23 Mei 2020   08:06 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/Marisela Serrades

Pada saat maut menjemput, semua yang bersifat duniawi tiada artinya. Kekayaan berlimpah ruah yang dimiliki, kekuasaan yang tinggi yang pernah dipegang, keahlian moncer yang pernah dikuasai, ketampanan atau kecantikan yang pernah dielu-elukan orang, semuanya tiba-tiba tak berarti. Akan ditinggal tatkala maut menjemput.

Yang tertinggal hanyalah nama, nama baik atau nama buruk. Jika kita berbuat baik dalam kehidupan, maka kita akan dikenang sebagai orang baik, bahkan sebagai orang berjasa. Sebaliknya, jika dalam hidup  kita lebih menunjukkan sifat angkuh, materialistik, suka menyakiti orang lain, maka itulah yang akan dikenang sepeninggal kita. Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, begitu kata pepatah.  

Menjalani Hidup dengan Baik

Jika kita ingin menjalani hidup dengan baik, tiada jalan lain selain menerima keempat hal itu dengan tulus dan  ikhlas. Tak perlu ada penolakan, tak perlu ada perlawanan. Karena, itu sebuah kepastian, sebuah hukum alam. Hanya saja kita bisa meminimalkan akibatnya, misalnya terhadap rasa duka, lara, dalam beragam, bentuknya. Semua itu bisa kita siasati dengan menjaga kesehatan, berpikir positif, hal lainnya yang banyak dianjurkan.

Kita mesti siap dan berani menerima kenyataan bahwa hidup manusia pasti melewati keempat jalan itu. Penerimaan ini akan menjadikan hati dan jiwa kita lebih ringan,  lebih meudah menyesuaikan diri, sekaligus terhindar dari sikap penolakan. Karena, semakin keras kita menolak hukum alam ini, semakin menderita diri kita. Oleh karena itu, penerimaan adalah yang pertama.

Langkah berikutnya adalah mensyukuri setiap kejadian. Tak hanya bersyukur saat mampu meraih prestasi, tetapi beryukur dalam setiap proses, dalam setiap hal, bahkan setiap keadaan, serta bersyukur setiap hari. Kita bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kita menjalani kehidupan sebagaimana kita jalani hingga kini. Semakin berkualitas (baca: tulus) syukur kita, semakin kita mampu menerima keadaan, apa pun itu. Maka, seyogianya kita bersyukur setiap hari.

Menemukan dan Mengikuti Panggilan Jiwa

Di samping rasa syukur yang kita panjatkan, kita mesti bisa menikmati perjalanan hidup ini sesuai dengan amanat Tuhan yang secara khusus diberikan kepada kita. Harus diingat, Tuhan menghadirkan kita di dunia, pasti ada tujuan tertentu, pasti ada misi yang harus kita emban. Jika tidak, mengapa Tuhan menghadirkan manusia ke bumi? Berkaitan dengan misi ini, ijinkan saya menggunakan istilah "panggilan jiwa" saja.

Panggilan jiwa adalah jawaban atas pertanyaan untuk apa kita hidup. Apa tugas spesifik kita di dunia? Ke mana pula  kita akan menuju? Nah, tahukah kita apa sesungguhnya panggilan jiwa kita masing-masing? Berbuat kebaikankah? Tentu! Bermanfaat bagi orang banyakah? Tentu juga! Tapi, belum spesifik.

Menemukan penggilan jiwa sejati memerlukan perenungan yang dalam sebagai upaya  "pulang" ke dalam diri untuk bisa menjawab pertanyaan dengan kepastian,  untuk apa saya dihadirkan Tuhan ke dunia?

Perenungan diri dalam upaya  menemukan panggilan jiwa itu sungguh tidak mudah. Diperlukan usaha sungguh-sungguh dengan tingkat keikhlasan dan kepasrahan yang tinggi untuk berhasil. Meditasi adalah jalan yang banyak dianjurkan. Duduk hening dalam beberapa waktu secara berkesinabungan sangat direkomendasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun