Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperingati Hari Buku Nasional, Sudahkah Anda Membaca Buku Hari Ini?

17 Mei 2020   21:17 Diperbarui: 18 Mei 2020   09:23 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/492862752970268749/

Buku sebagai sumber ilmu sudah tak disangsikan lagi. Ilmu yang ada di dalam buku menyebabkan orang jadi pandai. Banyak orang yang menjadi terkenal dan maju dalam hidupnya lantaran kontribusi buku. Mereka menjadi "seseorang" berkat membaca. "To day a reader, tomorrow a leader," ujar Margaret Fuller.

Buku saat ini bukan lagi barang langka. Buku sudah relatif mudah diperoleh. Ada banyak perpustakaan dan toko buku di berbagai tempat. Tak hanya di pusat-pusat kota besar, bahkan juga di kota-kota kecil hingga di pedesaan. Hanya saja, di pedesaan buku yang ada relatif masih terbatas karena berbagai sebab.

Selain itu, e-book juga sudah tersedia. Kita bisa mengaksesnya, baik yang gratisan maupun yang berbayar. Di era digital ini, mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagai skill lainnya sudah sangat dipermudah. Kita-lah yang harus menguatkan semangat untuk memanfaatkan perkembangan dunia perbukuan yang ada, baik yang konvensional (cetak) maupun yang digital (e-book).

Kendati belakangan ini kesempatan untuk mendapatkan dan mengakses buku jauh lebih mudah dibanding satu atau dua dasa warsa yang silam, tetapi mengapa minat baca buku tak kunjung meningkat? Buktinya, banyak guru yang mengeluhkan para siswa didiknya tidak suka membaca. Banyak orangtua yang berharap besar putra-putrinya senang membaca buku, tapi nyatanya tak mau menggubris buku.

Ada apa sebenarnya dengan buku? Sejatinya pemerintah pusat dan daerah, kalangan swasta, serta banyak komunitas, berjuang untuk mewujudkan masyarakat gemar membaca. 

Perpustakaan nasional bahkan kini dimungkinkan untuk diakses secara online. Perpustakaan di daerah serta toko-toko buku tak terlalu sulit didapatkan. Tapi, mengapa upaya-upaya  mendorong masyarakat gemar membaca buku tak kunjung berhasil?

Pengaruh Media Sosial

Adakah ini lantaran pengaruh era digital? Bukankah di era digital, kita dibantu mengakses buku digital (e-book) dengan mudah, bahkan sangat mudah? Saya menduga, ketidaktertarikan generasi masa kini terhadap buku lantaran daya tarik buku yang kurang. 

Buku kalah menarik dan kalah menggodanya dibandingkan dengan media sosial seperti istagram, facebook, twitter, dan sejenisnya. Kebanyakan generasi muda kini familiar dengan media sosial dibandingkan dengan buku-buku.

Mereka merasa lebih "modern" dengan berselancar di media sosial daripada  tenggelam di antara buku-buku. Tetapi, apakah hal ini salah atau tak sesuai dengan yang kita kehendaki? Saya rasa tidak juga. Tidak menjadi masalah kalau generasi muda familiar dengan media sosial karena hal ini juga dapat menambah pengetahuan dan memperluas pergaulan mereka.

Akan tetapi, tetap harus diakui bahwa untuk menumbuhkan budaya literasi, baik membaca maupun menulis, tak bisa berbekalkan pada kepiawaian bermedia sosial.  

Buku-buku itu memberikan kedalaman, memberikan kelengkapan, memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang membutuhkan jawaban substantif dan bahkan universal. Berbeda dengan media sosial yang mengedepankan lalu lintas pergaulan digital untuk hal-hal yang viral atau menarik yang hanya di permukaan.

Dimulai dari Mana?

Jika demikian, apa yang seharusnya kita lakukan? Saya kira, kita bisa memulai atau mengintensifkan pelaksanaannya mulai dari setiap rumah. Menumbuhkan minat membaca dimulai dengan memberikan hadiah buku atas prestasi anak-anak, membacakan buku dongeng untuk anak-anak dan kemudian mengenalkan mereka pada buku-buku yang dibacakan itu, mendekatkan mereka dengan perpustakaan dan toko buku, dan masih banyak lagi hal lainnya yang bisa dilakukan."There are many litle ways to enlarge child's world. Love of books is the best of all," Jacqueline Kennedy.

Di lingkungan sekolah, para guru bisa mewajibkan para siswa untuk membaca, misalnya dengan memberikan jam khusus sebelum masuk ke kelas untuk semuanya membaca buku yang diminati, memberikan hadiah buku-buku berharga kepada mereka yang memenangkan lomba di sekolah, melatih mereka membuat ringkasan buku atau resensi buku, membuat perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menarik dan nyaman untuk dikunjungi, dan seterusnya.

Di lingkungan masyarakat, perpustakaan kota dan desa seyogianya semakin digiatkan. Buku-buku yang ada diperpustakaan hendaknya terus ditambah dengan buku-buku baru yang bermanfaat dan memotivasi para pembaca, seperti buku pengembangan diri, buku biografi para tokoh bangsa dan dunia, serta buku-buku ilmu pengetahuan lainnya. Manfaatkan juga kemajuan teknologi dalam mendukung gerak maju layanan perpustakaan.

Demikianlah usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk mewujudkan masyarakat gemar membaca. Budaya membaca harus ditumbuhkembangkan secara simultan, baik di rumah, di sekolah, dan di lingkungan masyarakat. Semoga dengan demikian dunia perbukuan nasional semakin maju dan semarak. Anak-anak bangsa ini pun semakin cerdas dan berkualitas.

Dan, di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan toko buku dipasang plakat atau dibentangkan spanduk yang mudah dilihat, bertuliskan : Sudahkah Anda Membaca Buku Hari Ini?

( I Ketut Suweca, 17 Mei 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun