Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa (Sesungguhnya) Tujuan Kita Bekerja?

26 Maret 2020   07:54 Diperbarui: 27 Maret 2020   20:24 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, kita bekerja untuk memenuhi panggilan hidup. Setiap orang terlahir untuk sebuah misi hidup tertentu. Jika tidak demikian, lalu untuk apa Tuhan menciptakan manusia dengan keunikan masing-masing? Manusia dibekali bakat atau dibekali "panggilan hidup." Dia bertanya, untuk apa saya hadir ke dunia dan apa yang harus saya lakukan?

Dalam perjalanan, manusia akan menemukan panggilan hidupnya, dan menetapkan diri untuk bergiat di situ. Ia menemukan hal apa yang seharusnya dijalani di dunia.

Menemukan panggilan hidup adalah sebuah kebahagiaan yang harus disyukuri. Dengan menemukannya, maka jalan kehidupan menjadi pada jalur yang seharusnya. Kegembiraan dan kebahagiaan sepanjang jalan adalah hadiah-hadiahnya.

Panggilan hidup itu tak bisa diperoleh serta-merta dan dengan sikap menunggu dan menunggu, melainkan harus ditemukan, harus dicari di mana dia berada. Bagaimana kita bisa menemukannya jika tidak dicari dengan kesungguhan hati?

Maka, manusia diharuskan melangkahkan kaki menapaki beberapa jalan. Beberapa mungkin membawanya pada jalan buntu. Beberapa yang lain membawanya ke wilayah yang menyesatkan. Hanya ada satu-dua yang membawanya kepada kegembiraan, keanggunan, bahkan kebahagiaan sepanjang hidup. Orang menyebut ini sebagai passion.

Nah, sampai di sini, pertanyaan kontemplatif-nya adalah, sudahkah kita menemukan panggilan hidup kita yang sesungguhnya? Tidakkah kita justru menemukan dan menapaki  jalan yang salah dan tetap memaksakan diri melangkah di jalan itu tanpa berani berubah arah dan kembali di jalan di mana panggilan jiwa kita menanti?

Berbahagialah orang-orang yang dalam hidupnya menemukan jalan yang benar yang mengantarkannya pada kebahagiaan sepanjang hidup, jalan yang tak pernah membuatnya berpaling kendati ada banyak rintangan di sana.

Kesempatan Berbuat Kebaikan

Kedua, kesempatan untuk berbuat kebaikan bagi banyak orang.  Kehadiran kita di dunia dan mengisinya dengan kerja dan kerja, apakah semata-mata untuk diri sendiri? Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi sesama, bukan?

Oleh karena itu, selagi berada di atas tanah, manusia diberi kesempatan untuk bekerja dan kemudian saling berbagi dengan manusia lainnya. Bahkan, tak melulu dengan sesama manusia, juga dengan sesama hidup, hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta alam semesta untuk tujuan keharmonisan hidup bersama.

Apalah artinya jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah, jika hidup manusia miskin kepedulian. Semua hal-hal yang disebut itu, jika tak terkontrol, akan membawa kita pada sikap egois, mementingkan diri sendiri dan tanpa memedulikan orang lain. Ketika kemudian semua hal-hal duniawi  itu lepas, seketika itu pula manusia merasa kehilangan daya hidup dan  harga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun