Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Garang di Dunia Maya, Ciut di Dunia Nyata

28 Februari 2020   08:24 Diperbarui: 28 Maret 2020   08:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/643240759266150194/

Pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi kian masif. Platform media pun menyertai perkembangan tersebut. Tak melulu media mainstream yang tampil ke permukaan, media online pun kini tak dapat dibendung. Banyak orang tenggelam dalam penggunaan media online, entah untuk berbisnis, connecting, sharing, bermain game, mendapatkan referensi, dan lainnya.

Rendahnya Literasi Media

Problematika yang muncul belakangan adalah, orang acapkali menyalahgunakan media sosial, suatu sikap dan tindakan yang mencerminkan masih rendahnya tingkat literasi media sebagian masyarakat kita. 

Dalam penggunaan medsos, misalnya, ada yang menggunakannya untuk hal-hal yang secara normatif tidak baik atau tidak etis, bahkan melanggar hukum, seperti menghujat, menebarkan kebencian, menghasut, menebar fitnah, menyebarkan informasi bohong (hoax), dan lainnya.

Kasus demi kasus yang bisa telelusuri melalui berbagai media memperlihatkan, si pengguna media sosial sangat garang menghujat orang lain, termasuk terhadap para pejabat dan para tokoh masyarakat. Mereka melontarkan caci-maki yang terkadang tanpa dasar, tanpa etika di media sosial.  Mereka tidak peduli dengan keberadaan ancaman sanksi sebagaimana disebutkan di dalam UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Lalu, ketika pihak yang merasa menjadi korban memperkarakan kasus tersebut ke pihak berwajib, akhirnya si penghujat memelas memohon ampun berkali-kali.  Akhirnya yang bersangkutan terancam sanksi hukum, sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelum berbuat.  Begitulah, ada orang yang garang dan menantang di medsos, tapi ciut nyalinya di kenyataan. Garang di medsos, ciut di kenyataan!

Kehidupan yang Tampak Mewah

Kendati tak seberat masalah di atas, melalui media sosial, banyak pula orang mengunggah status yang tampaknya serba hebat, serba "wah." Misalnya, mereka meng-upload status ketika sedang makan enak di restoran-restoran mewah, ketika sedang berfoto dengan tokoh terkenal, ketika sedang berada di luar negeri, tatkala sedang menginap di hotel bintang lima, dan sebagainya. Semuanya demikian mengesankan, bahkan terkesan mewah. Mereka tampak hebat. Hingga di sini sebetulnya tak ada yang salah, tak ada masalah.

Tetapi, bagi sebagian orang yang belum memiliki referensi dan literasi medsos dengan baik akan cenderung menganggap semua yang di-upload itu benar-benar nyata persis seperti  seperti yang diunggah. Si pengunggah hidupnya selalu senang dan bahagia, hidup bergelimang kemewahan, selalu memiliki rejeki yang melimpah, wajah-wajah mereka cantik dan ganteng  --padahal aslinya sangat berbeda. 

Sebagian orang menganggap semua itu nyata! Mereka terpukau bercampur iri. Orang menyangka yang diunggah di media sosial adalah realita, padahal banyak bagian yang dipalsukan. Bagai gunung yang dilihat dari kejauhan, semuanya tampak halus, rata, indah, dan memesona.  Padahal, kenyataannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun