Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendengar, Ilmu Penting yang Tidak Diajarkan di Kampus

27 Februari 2020   17:48 Diperbarui: 27 Februari 2020   21:02 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mendengarkan. (sumber: KOMPAS)

Di sekolah dan perguruan  tinggi jarang sekali bahkan mungkin tidak pernah kita mendapatkan pelajaran bagaimana menjadi pendengar yang baik. Ilmu mendengar tak diajarkan. 

Yang diajarkan adalah ilmu membaca, menulis, dan berpidato (public speaking). Padahal, ilmu mendengar itu merupakan salah satu syarat dasar komunikasi yang efektif, sekaligus sebagai upaya pengembangan diri.

Fokus Menjadi Pembicara yang Hebat

Karena tak diajarkan di sekolah atau di kampus sebagai bagian dari mata pelajaran, bukanlah mustahil banyak orang jadi tidak peduli akan betapa pentingnya mendengar. Orang lebih fokus kepada bagaimana menjadi pembicara yang hebat di depan publik, bukan bagaimana menjadi pendengar yang baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya bermunculan pelatihan public speaking atau kursus berbicara di depan umum, yang tak pernah sepi peminat.

Banyak orang kurang peduli bagaimana seyogianya menjadi pendengar yang baik. Alhasil, seperti sering kita lihat di televisi dan di dunia nyata, orang tak hendak mau mendengar, melainkan hanya mau didengar.

Lihat saja, misalnya, di acara ILC di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia. Pada satu-dua episode lalu, kita menyaksikan tokoh yang tampil tak mau mendengar lawan bicaranya. Ia hanya mau didengarkan. Hasilnya, mereka pun berdebat kusir.  Mereka berebut berbicara!

Contoh-contoh seperti itu tentu tidak elok dilihat pemirsa. Orang yang sekapasitas seperti itu rupanya masih kurang memiliki "nose of hearing." Semacam kepekaan hati untuk bersedia mendengar secara sungguh-sungguh dan tulus.  Publik pemirsa belajar apa dari debat semacam itu? Hanya bisa mengelus dada.

Penulis Inggris, Sir Arthur Helps, ternyata benar, "Dibutuhkan orang besar untuk menjadi pendengar yang baik."

Menjadi Pendengar yang Baik dan Manfaatnya

Kalau saja kita melatih dan membiasakan diri menjadi pendengar yang baik, saya yakin akan banyak sekali manfaat yang bisa kita petik. Inilah beberapa diantaranya.

Pertama, dengan lebih banyak mendengar kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan atau wawasan dari orang lain. Selalu harus diingat, setiap orang pasti memiliki kelebihan dalam hal tertentu, di samping kekurangnya. Di situlah tempat kita belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun