Selanjutnya, kegiatan menulis menuntut pikiran kita akan lebih serius lagi berkonsentrasi:  memilih dan menyusun kata, menjadikannya kalimat, paragraf yang sambung-menyambung, hingga akhirnya  terlahir sebentuk artikel yang memiliki nilai manfaat. Semua kegiatan itu membuat pikiran kita berkerja. Alhasil, pikiran kita akan aktif sehingga tetap tajam.
Keempat, sarana mengekspresikan diri. Setiap manusia memerlukan wahana untuk berekspresi,  berprestasi, guna mendapatkan rasa pencapaian. Setiap orang membutuhkan apa yang disebut sebagai "need for achievement (n-ach)" atau dorongan berprestasi, oleh ahli  psikologi sosial David McClelland.
Melalui tulisan-tulisan yang dibuat, orang bisa menunjukkan keberadaan atau eksistensi dan harga diri sekaligus. Â Dengan menulis, kita bisa merasa berguna bagi orang lain, kita mendapatkan pengakuan, perhatian, dan kebutuhan psikologi sejenis dengan itu, sebagai manusia normal.
Kelima, mendapatkan penghasilan. Bagian kelima ini, bisa ya, bisa tidak, menjadi tujuan. Kalau seseorang serius menekuni dunia tulis-menulis --kendatipun sudah pensiun, bukan mustahil dari kegiatan itu bisa menghasilkan uang.Â
Menulis di media cetak, media elektronik, dan beberapa pekerjaan lain yang mensyaratkan kemampuan menulis, bisa mendatangkan fulus. Mau sekadar mengisi waktu atau mau mendapatkan duit-nya, atau bahkan kedua-duanya? Terserah masing-masing dari kita saja. Pensiun? Yuk, tetap menulis.
( I Ketut Suweca, 22 Februari 2020).