Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakob Oetama: Selalu Bersyukur dan Berterima kasih

2 April 2019   19:47 Diperbarui: 3 April 2019   03:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terasa belum puas membeberkan 'kemewahan" pelajaran yang bisa dipetik setelah membaca dengan bersungguh-sungguh buku biografi tentang Jakob Oetama. Oleh karena itu, ijinkan penulis kembali menghadirkan sebagian kecil lagi petikan dari buku yang berjudul Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama, kepada sidang pembaca. Saya tak hendak pendam sendiri hal-hal yang sangat berguna dan menarik dalam buku bernas ini.

Kali ini, saya akan perkenalkan bagaimana sang tokoh menghadirkan aspek ketuhanan dalam melakoni hidupnya. Ya, apalagi kalau bukan tentang rasa syukur kepada Tuhan. Jakob menyadari, keberhasilan mengantarkan Kompas pada kemajuan eksistensinya hingga kini di samping karena kerja keras dan sinergitas, terutama karena penyelenggaraan Ilahi. Jakob sangat menyadari hal ini. Lalu, apa katanya tentang rasa syukur?

Bersyukur dan Berterima kasih

Praci dina! Ini adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang kurang-lebih berarti, tiada hari tanpa ucapan syukur dan terima kasih. "Bersyukur! Bersyukur! Ya, bersyukur! Itulah luapan perasaan hati Jakob Oetama di usianya yang ke-80.

Sebagaimana diungkapkan di halaman 483 buku ini, syukur dan terima kasih itu diucapkan dalam satu tarikan nafas. Jakob mengatakan,"Saya yang penuh kekurangan dan kesalahan, kok dipercaya oleh Tuhan jadi perantara rahmat-Nya bagi kebahagiaan banyak orang." Tak ada kata lain, tambahnya, selain bersyukur dan berterima kasih.

"Perjalanan hidup selama 80 tahun tidak selalu ada di bawah terang bulan. Terjadi pasang surut. Dalam keberhasilan maupun kegagalan, Jakob senantiasa berterima kasih. Itulah kekayaan hidupnya. Ia menunduk kelu, menengadah ke atas, dan tebah-tebah dada! There's no angel in the world, tidak ada malaikat di dunia, "ujarnya sebagaimana dikutip St Sularto, penulis buku tebal terbitan Penerbit Buku Kompas ini.

Jakob menyadari benar bahwa semua terselenggara berkat penyelenggaraan Allah. In providential dei! Sebuah uangkapan yang sering dia sampaikan secara spontan.

Lagu Tuhan Karya Bimbo

Lagu Tuhan yang pernah dibawakan Bimbo, diakui Jakob,  sangat menggetarkan hatinya. Saat ia mengadakan syukuran sederhana di usianya ke-75 tahun, didendangkanlah lagu Bimbo bersama-sama sejumlah karyawan di ruang kerjanya di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan.

Kala itu Jakob memelintir lirik lagu Bimbo itu sesuai dengan suasana hatinya. Ia merasa sebagai orang yang kurang setia kepada Tuhan, tetapi Tuhan penuh pengampunan. Dia menjauh, tetapi Tuhan selalu mendekat. Lirik lagu itu pun menjadi : Aku dekat Engkau dekat, aku jauh Engkau dekat.

Pelajaran apa yang kita petik? Tiada lain adalah pelajaran untuk selalu ingat bersyukur kepada Tuhan atas penyelenggaraan-Nya. Juga, berterima kasih kepada semua orang yang sudah berkontribusi dalam hidup kita. 

(I Ketut Suweca, 2 April 2019).  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun