Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Sepetak Hati, Bertumbuhlah!

20 Mei 2023   21:17 Diperbarui: 20 Mei 2023   21:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepetak hati yang ingin kau tanami
Bukan sekedar petak tak berharga tanpa nilai
Yang kapan saja hendak kau singgahi atau kau berlalu pergi
Sepetak hati mungkin kosong sebelum hari ini
Hanya dalam pandanganmu semata tanpa kedalaman penglihatan
Yang kosong hari ini, mungkin pernah hujan yang terlalu
Sehingga tak ada mawar atau kembang yang tumbuh bermekaran
Hanya ilalang tinggi yang menggapai matahari sendiri
sehingga tak perlu kau datang dengan hendak menanam tanpa melihat
Ia tetaplah teduh bagi dirinya sendiri

Sepetak hati yang menurutmu kosong
Adalah jiwa merdeka dari penantian  dan harap-harap cemas dari luka
Ia hanya rindu pada matahari yang setia datang di pagi hari
Tak pernah matahari ingkar janji  meski mendung di siang hari
Hanya pada matahari ia percaya, akan bisa tumbuh apa saja yang elok

Tanyalah pada jiwamu
Apa yang hendak kau tanam
Bila hanya arogansi, keakuan, kepemilikan dan bentuk penjajahan lain
Cukupi saja langkahmu di depan pqgar sana
Sepetak hati yang merdeka tetaplah memilih tumbuh sentosa
Tanpa perlu ada luka dan airmata berkepanjangan dalam debat  kehidupan
Ia tetaplah merasa hidup dengan kebebasannya tumbuh sebagai individu unik

Berpikirlah, sebelum kau berupaya menancapkan tetumbuhan cinta, katamu
Sebelum kau tahu cinta bisa menjadi pisau dan hujan bersamaan
Paling tidak, kau tahu harus berbuat apa bila yang kau tanam tak menjadi apa
Karena upaya yang separuh dan bibit buruk
tak pernah bisa mencapai keindahan apapun

Ah, hujan dan matahari adalah milik sepetak hati sendiri
Kau tetap selalu diluar pagar, pun aku
Agar sama hidup dan tumbuh semestinya
Selagi nafas milik masing-masing
Maka takdir pun milik sendiri-sendiri
Pun cinta, sayang
Mari menanam benih cinta yang baik
Lalu tunggu bagaimana sepetak hati menumbuhkannya dengan keelokannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun