Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Mati Lebih Mati

14 Januari 2023   12:08 Diperbarui: 14 Januari 2023   12:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bayi dan anak-anak mati dibawah ketiak ibu bapaknya,
Dibawah asuhan bulek pakleknya, dibawah pengawasan tetangga tetangganya,
Dibawah perlindungan negaranya.

Duuh  nyawa yang begitu murah tak sebanding dengan nyawa ibu yang melahirkannya,
Tak sebanding dengan harapan orang orang mandul yang papa akan buah hati,
Tak sebanding dengan luka hati yang mengutuk kekejaman yang dilakukan para pelaku.

Bayi dan anak anak mati dibanting retak mati, disusu racun mati, disulut api luka mati.

Aduhai, betapa tangan yang kejam,
Betapa tangan yang kotor,
Betapa tangan yang menggenggam bara

Komat kamit cuma bisa berdoa;
Semoga para bayi dan anak anak yang mati hidup sejahtera disisiNya,
Dan kami yang menyaksikan serta membiarkan tangan pelaku membunuhnya, bisa terampuni

Ampun,ampun,ampun.
Wahai pemilik jiwa
Ampun,ampun,ampun
Wahai Maha Pembalas
Ampun,ampun,ampun
Wahai Yang Maha Segala

Airmata,luka, darah para bayi dan anak anak yang mati
Semoga bukan jalan berduri untuk kami, yang terkatup dengan garis bibir lurus 

Mati terasa lebih mati!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun