Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Robeknya Kupu-kupu Kertas Jingga

6 November 2021   06:22 Diperbarui: 6 November 2021   06:30 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu pagi di hari yang lampau
Saat gerimis dibalik jendela mengetuk berulang
Kekosongan yang tiba meraja saat terbangun
Lalu diam-diam mencipta seekor kupu-kupu kertas yang jingga di kepala
Pagi yang luar biasa hampa penuh
Tak ada kenang yang menjejak di halamannya
Mungkin karena gerimis setengah-setengah datangnya
Atau aku yang berlari untuk melupakan

Kupu-kupu kertas jingga ditali oleh benang
Digantung berayun-ayun di beranda jiwa
Melayang-layang disentuh angin  semilir
Udara terasa lembab sepagi itu
Tampak  kupu-kupu kertas jingga melayu
Apakah angin membawa resah yang membekukan
Atau memang terlalu lama ia melayang-layang sendiri
Padahal dulu ia adalah sekuntum harap yang disemogakan terbang jauh
Tak terperangkap disana
Tapi mengapa pula kutali?

Hari-hari berlalu karena abaiku sangat
Menyentuh, membelai dan melambungkannya
Ketika sempat dan teringat, karena hari yang terbatas
Seekor  kupu-kupu kertas jingga
Dingin gerimis  telah merobek sayapmu
Kepala yang tunduk lunglai karena basah yang menikam
Kutemukan pagi ini, saat gerimis telah pulang
Apakah sebab gerimis  pergi kau merapuh?
Lalu mempercayai akan usai segala ceritamu

Terpekur, tergugu
Kali ini kugunting  ikatan benang yang menggantungnya
Kali  ini aku sungguh rela melepasnya
Tak bisa memaksanya melayang seindah kemarin
Ia telah rapuh dan mungkin sarat lelah
Menjadi sepotong harap yang tak kunjung nyata
Menjadi hari-hari kosong yang berat didada
Kurelakan, kulipat ia sebaik mungkin
Kiranya aku hamparkan pemakaman yang jauh di kedalaman jiwa
Mungkin ia akan lebih rela daripada relaku


Sepagi itu aku kehilangan sekuntum harap, sekali lagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun