Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Sepotong Tawa"

20 September 2021   20:55 Diperbarui: 20 September 2021   21:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan terlampau senang memasak sepotong  tawa
Pada hari-hari yang lengang luka
Bilamana terlalu sangat
Ia menjadi banyak tawa tua yang menyurutkan nyali
Masa lalu banyak bercerita
Tentang sepotong  tawa yang mengangkangi hari-hari
Sampai pongah dan mabuk dalam sukacita
Hingga hari -:hari berlalu berlipat, ia pun  menjadi raut tawa tua yang menyiksa
Adapun hari ini, mesti menyisakan luka lama
Yang kadang seringai tawa tua masih bertaring gagah
Seolah pernah jadi raja di satu waktu
Lalu terasa lamanya melekat  sepanjang ingatan
Bila itu terjadi kembali
Karena itu siksa tak berkesudahan
Terlampau tua tawa
Sampai udara di rongga dada memadat menutup pintu nafas
Mencipta keranda-keranda di tiap pintu keluar
Sampai banjir air mata, tak ada basuhan yang bisa dirasa

Kecuali kau masak seperlunya, sebelumnya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun