Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Menyembelih Berhala Diri"

21 Juli 2021   08:42 Diperbarui: 21 Juli 2021   08:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah berabab dilarungkan dalam kehidupan
Kala ibrahim bermimpi ismail  harus disembelih
Sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan yang bukan miliknya
Ismail putra semata wayang , kekasih hati, pendaran cahaya matanya
Ribuan hari ingin ditimang lalu harus dileraikan
Kegundahan ibrahim sejak bermimpi titah Tuhan
Ismail harus dikurbankan!
Sang ibu tegas berkata: "lakukanlah!"
Bentuk kepatuhan pada sang pemimpin keluarga
Tak ada airmata yang harus hujan
Dan hati yang harus robek
Karena Titah Tuhan tetap bakal jadi
Maka ia rela lepas agar sang anak dan dirinya lekas bebas
Dan sang pemimpin merdeka dari tanggungan
Ah kemasygulan yang hilang ditelan kata:
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allaah!"

Sudah tak ada berhala yang berdiri gagah didada Ibrahim
Kerupawanan Ismail dibawah pedang sang Ayah makin bersinar
Saat fajar pagi merah akan sirna
"Aku rela Ayah, demi ketaatan kita pada Allaah.  Jangan ada ragu sedikitpun untuk berpisah denganku. Sakit ini hanya sekejap, tapi aku bisa berjumpa kekasih abadi kita. Ahad!" Seru Ismail lantang
Ibrahim buncah, dada bergolak
Ia tahu anaknya putra yang luar biasa
Maka tekad bulat didada makin besar
Pedang sudah hampir menyentuh kulit
Ketika titah datang tiba-tiba
"Ketaatanmu sudah kami uji, gantilah Ismail itu dengan seekor kambing. Dan berkurbanlah kalian tiap tahunnya!"


Hati yang bergetar oleh syukur, hingga sekujur tubuh dan dahi bersujud
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Ya, Tuhan sudah menguji batas seorang hamba
Memberi maksud yang seterang sinar matahari
Bahwa segala sesuatu di semesta bahkan darah daging bukan miliknya
Bersiaplah untuk senantiasa kehilangan
Tuhan hanya mau hamba-Nya yakin dan percaya Ia hanya tunggal untuk dicinta
Yang perintah-Nya harus ditaati dengan cinta
Menyembelih mau dan angan-angan yang berupa hawa nafsu
Seperti relanya Ibrahim kembali pada ketentuan-Nya
Tak ada yang tumbuh dan mati tanpa ijin-Nya
Pun hati, adakah ia mau tunduk beriman atau ia memberhalakan dirinya sendiri yang lemah
Allaahu Akbar!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun