Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Menyecap Rasa Sebelum Jadi Karya "

24 Juni 2021   07:54 Diperbarui: 24 Juni 2021   08:14 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal dengan " rasa"?. Pasti setiap yang makhluk yang hidup terbekali dengan item rasa sebagai bagian dari kesempurnaan menjalani hidup.  Apakah ada yang pernah hilang rasa pada saat -saat tertentu? pasti banyak juga yang mengalaminya. Untuk seorang penulis, yang terbiasa menulis pasti juga terkait dengan rasa atau kita sebut perasaan. Karena dari perasaan  inilah segala pengalaman diri, orang lain, kejadian atau peristiwa yang dilihat, didengar akan menjadi sebuah inspirasi dalam sebuah karya, khususnya karya tulis. 

Dari rasa jadi karya di topik pilihan ini, menggelitik untuk ditelisik kembali tentang rasa. Hal ini bakal berhubungan dengan citarasa dari racikan sebuah karya khususnya tulisan. Seorang penulis bisa mendapatkan inspirasi, ide, model,untuk digambarkan setelah menyecap rasa terlebih dulu.  Tapi apa sih sebenarnya rasa itu sendiri? Rasa   yang berkaitan dengan topik ini tentu diluar panca indera yang lima seperti mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Apa sih rasa ini? menurut medis memang rasa atau persaan  diluar panca indera yang lima tersebut; rasa merupakan respon emosi0nal yang lahir dari hati atau jiwa.  Respon emosional inilah yang akhirnya seorang penulis mendapatkan ilham untuk menulis sesuatu. 

Respon emosional ini sebenarnya tidak akan lahir tanpa panca indera yang lima itu. Betul?. Contoh saja; dari indera penglihatan, kita menyaksi didepan mata banyak kejadian, atau fenomena alam yang menarik hati untuk ditulis, seperti kita menikmati sunset di pinggir pantai atau menyaksi kekerasan  di lingkungan kita.  Atau bisa cukup dengan mendengar keluh kesah, kabar bahagia dari kawan dekat dan saudara sudah mampu menggugah respon emosional. Apakah lidah pengecap juga bisa? Tentu saja bisa. Segala sesuatu yang merangsang timbulnya respon emosional itulah yang disebut rasa atau perasaan. 

 Menurut banyak ahli terkait perasaan ini menyatakan keseragaman pendapat bahwa rasa/ perasaan yang merupakan akibat respon emosional  dari dalam hati ataujiwa atas kejadian disekitarnya. Nah ragam rasa yang ini seperti; rasa senang, rasa sedih, rasa benci, rasa takut, rasa kuatir, rasa cinta, rasa cemburu atau bisa jadi hilang rasa pun bisa menjadi ide menulis sebuah karya. Lalu bagaimana bisa menjadi karya? tentu harus diolah sedemikian rupa memakai citarasa dari penulis itu sendiri. Cita rasa tiap penulis tentu berbeda-beda dan beragam pula racikannya. Seperti ketika mengolah respon emosional seperti rasa senang atau cinta dan akan menjadi nikmat bila ternyata pembaca mampu memahami. Olehnya menyecap rasa dulu sebagai penulis sedalam mungkin agar karya disuguhkan adalah respon emosional terbaik yang bisa kita hidangkan dengan cita rasa yang pas di jiwa pembacanya.

Sudah agak panjang ya penjabaran mengenal rasa atau menyecap rasa diatas, dari pengalaman pribadi saya biasanya menjadi karya tulis dengan cara mencari ide tulisan seperti ini:

1. Selalu menyimpan kata pertama yang terbersit saat mengalami respon emosional terhadap sesuatu, contoh: tiba-tiba sunyi, maka saya tulis di catatan dengan kata "sunyi". jika ada waktu pada saat yang sama pasti ada beberapa kalimat yang menjadi cikal bakal pengantar tulisan.

2. Selalu berusaha menggugah rasa ingin tahu. terkadang saya malas menelisik sesuatu atau beberapa hari tidak membaca apapun untuk sebuah ide. Menjaga kestabilan rasa ingin tahu seperti kabar berita dengan terjadwal mungkin pagi hari, akan melahirkan ide dengan respon saya terhadap suatu peristiwa di pagi itu.

3. Hening alias menyendiri. biasanya saya memilih hening saat ingin menulis tapi tidak menemukan bahan untuk ditulis. memilih satu jam atau dua jam menyendiri, mungkin dengan secangkir kopi di suatu tempat yang berbeda. Dan biasanya saya mendapatkan beberapa pengantar untuk menjadi tulisan baru.

4. Menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah kebutuhan. Karena jujur, meski tidak tertuang disini banyak tulisan saya berceceran pada  kertas-kertas catatan karena membantu saya untuk tetap berpikir dan merasa hidup. Meski itu mungkin remeh dan dirasa tak perlu sekalipun. " Karena berpikir itu, aku ada". Ada yang kenal kalimat ini? hehe..

5.  Saat hilang "rasa", ambil catatan segera. Tulis segala yang timbul tenggelam dalam kepala. Dalam situasi hilang rasa, malah biasanya kita mendapatkan stok kata pengantar yang luar biasa berderet-deret.

6. Sering lihat info topik pilihan di kompasiana. Hehe.. contohnya saya yang sedang belajar menyimak topik pilihan yang ditawarkan. dan taraaaaa.. akhirnya tergelitik untuk menulis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun