Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Pada Dua Kehidupan"

1 April 2021   09:41 Diperbarui: 1 April 2021   10:07 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

# Dilautan kehidupan pertama
Aku membilang kata dari tiap sungai, laut dan gunung diri
Aku membilang doa-doa dari para Rahib, pendeta dan para wali
Aku membilang janji dari matahari dan bulan yang berputar
Aku membilang luka dari tiap tingkah dan suara para penghujat
Aku membilang suka dari tiap perut lapar dan airmata yang papa
Aku membilang cinta dari para pejalan dan pencinta
Aku membilang diriku dalam kutuk dan sumpah serapah


# Di lautan kehidupan Kedua
Kau dan aku berhadapan
Saling membuka buku utang piutang
Aku menuntut hakku
Kau menuntut wajibku
Kita berhitung sampai lupa waktu
Sampai habis terhitung tanpa sisa
Kepuasan hanya ada disaat itu
Siapa yang rugi
Siapa yang untung
Kala sama-sama ada dipengadilan
Bukuku, bukumu
Catatan di kehidupan pertama
Saat kau dan aku tahu perputaran matahari
Dan mengenal seluruh nama
Lalu kita memakainya untuk sengketa
Mencari benar dan salah
Menduga kedalaman kebaikan dan keburukan
Kita yang sama-sama tenggelam dalam sumur keringat dan darah
Kuyup dalam buku-buku dan mata sang Hakim

Aku dan kau
Sekali itu berhadapan, sebelum terpisah abadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun