Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Bangkai"

27 Maret 2021   18:53 Diperbarui: 27 Maret 2021   18:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mencium aroma bangkai
Pada taman-taman berbunga
Pada ratusan sungai jernih kemilau
Pada ribuan waktu yang berulang
Pada mulut-mulut berbaju zirah dan sutra

Sepanjang matahari berputar
Dan rembulan bercahaya di tiap malam
Sejauh aku pergi melintasi jarak dan ruang
Aroma bangkai merusak segala keindahan
Kekasaran jiwa yang menyelinap menemu sekutu

Perjalanan menapaki wajah-wajah semesta
Terdampar dari yang paling buruk dan bagus
Hanyalah ekor penciuman yang tak dapat dibantah kejujurannya

Hingga lidah asam, kepala bergoyang keras dan dada yang menyerupai gelombang pasang

Kehakikian, menolak keburukan
Aroma bangkai menolak segala kerupawanan semesta
Kondrat manusiaku tertolak dimana-mana
Aku tak menemu wewangian yang tak lebih buruk dari jaman ini

Inilah padang yang panjang
Perjalanan sejauh jiwa mencari
Menemu dan pergi dari tiap pekatnya muasal aroma bangkai
Melewati lembah-lembahNya dengan buta
Menyusuri muara-muaraNya dengan tuli

Aku dan kepapaan jiwa yang terlunta
Mencabik mulut sendiri
Mencium aroma mulut sendiri
Menelan kata-kata sendiri
Bangkai!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun