Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Air adalah Emas Terbaik yang Kita Miliki

14 November 2020   00:36 Diperbarui: 14 November 2020   00:40 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teman-teman...saya mau sedikit berbagi yaa..

Perjalanan waktu kali ini mengantarkan saya terlibat dalam pendampingan masyarakat. Sebuah keberuntungan pribadi buat saya, secara saya sangat menyenangi membersamai masyarakat, terutama anak-anak muda disekitar lingkungan saya. Sekian lama berusaha membangun komunitas setempat  untuk peduli lingkungan dan budayanya, namun gagaaaal..hehe. Sebulan dua bulan semangat kebersamaan itu ada namun bulan berikut kendor, kedodoran didalam pendampingan atau saya kurang pengalaman  membangun semangat bersama itu. Tapi ada juga titipan-titipan ide yang akhirnya dipakai oleh mereka, meski tanpa saya. Akhirnya, saya lebih memilih berjalan sendiri, menanam sendiri, kerja sosial sendiri. Dana?lebih memilih dari kocek sendiri juga dan kawan-kawan dekat saja.

Dilalaaaah...saya diterima bergabung di pendampingan masyarakat khusus air minum. Disinilah mata saya lebih terbuka lagi. Banyak wilayah yang kekurangan air minum atau air bersih, sungai-sungai debitnya kecil nyaris kering, perbukitan-perbukitan gundul, bahkan lebih banyak digunakan untuk menanam jagung ketela yang ditanam hanya  menjelang musim hujan.  Masyarakat baik tua dan muda berjalan  berkilo-kilo meter untuk mengambil air, mengangkut dengan jerigen plastik baik pagi siang sore bergantian. Jujur saja, tempat saya tinggal pun menumpang di sumber air desa sebelah yang debitnya terus turun dan jumlah penduduk makin tinggi. Jomplang sekali,  antara sumber air yang ada dan kebutuhannya. Alhasil, sistem pengaliran bergantian di tiap wilayah terjadi. 

Teman, dalam setahun ini meski upaya pengeboran air sumur dalam direncanakan untuk mendapatkan air, meski sudah dianalisa dengan adanya geolistrik, air tetaplah benda ghaib yang tak semudah itu untuk mendapatkannya. Seringkali kami temui kesulitan dalam pengeboran sehingga membutuhkan waktu berbulan-bulan dan kadang hasil nihil. Sedangkan sumber air yang berasal dari mata air sangat jarang ditemui.

Di lain sisi, adalah antusiasme masyarakat sendiri ketika sudah mendapatkan air agar terus berlanjut sangatlah kurang. Baik dalam menjaga infrastruktur  yang sudah dibangun dan daerah tangkapan airnya.  Hal ini sulit sekali, apalagi untuk memberdayakan pemuda-pemudinya dengan keterbatasan pendidikan, sosial dan budayanya. Padahal menemukan sumber air apalagi artesis adalah kekayaan wilayah itu sendiri. Tak kurang-kurang dalam pendampingan mensosialisasikan tentang keberlanjutan air ini harus terus dijaga.

Bagi teman-teman yang masih mudah mendapatkan air bersih atau air minum, bersyukurlah. Kalian bisa bantu dengan melakukan:

1. Hindarilah kebocoran di perpipaan rumah

2. Hematlah menggunakan air baik untuk mandi, cuci,dll

3. Bantulah untuk menghijaukan lingkungan dekat daerah tangkapan airnya

4. Kalau mampu, sedekah bibit tanaman untuk daerah kering dan rawan air

5. Bantulah mengurangi makin panasnya suhu bumi, hijaukan rumah kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun