Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kelopak Malam

1 November 2020   03:12 Diperbarui: 1 November 2020   03:31 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pak, kelopak malam sudah merekah dimatamu
Tiba-tiba gigil tubuhku menerka-nerka
Aku masih berlarian dibawah matahari kesana kemari
Berharap kau lihat cita-cita yang kubangun sudah berdiri
Lalu kita sama-sama mentertawakan waktu yang kemarin melindas banyak harapan

Pak, ketika satu persatu kelopak malam jatuh jadi abu
Seluruh remuk dendamku pun luruh seperti salju yang cair
Api kehidupan yang nyaris tinggal baramu saja yang tampak
Lalu aku merasa lebih dingin dari kemarin
Hanya getar doa di relung lautanku aku gelombangkan

Pak, ada yang tertulis di tiap kelopak malammu
Tentang aku, anak-anakmu dimasa lampau
Tentang kesempurnaan jalan berkarpet merah dengan durinya yang sungguh mawar
Sedianya aku yang senantiasa memalingkan muka karena enggan mengakui

Pak, bila saja luruhnya kelopak malammu bisa aku tali, hendak kutali
Meski tanganku cuma mampu dengan seutas doa
Mari hening pak, sama-sama kita simak langit berbicara
Mungkin esok masih ada waktu untuk kita saksikan atap yang kubangun untuk semua harap

Namun, apapun itu yang disediakan oleh hari esok

Secuil harap, kita bisa melaluinya dengan rasa puas atas semua yang diberi oleh waktu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun