Mohon tunggu...
beby bi uwie
beby bi uwie Mohon Tunggu... -

nyubie, Mencoba mengamati dan menulis dengan judul sesuai esensi, Perempuan biasa saja, ga keren, ga smart, ga cool, yang penting hatinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anti Klimaks KPK dan Fachri Hamzah, (DPR)

21 Februari 2016   10:31 Diperbarui: 21 Februari 2016   10:51 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Doc. Kompas"][/caption]Ingatkah kita akan perseteruan antara penyidik KPK dan Fachri Hamzah,? pembaca mungkin sudah melupakan hal perseteruan tersebut, namun tidak bagi yang menulis tentang ini, ingatkah pro dan kontra terkait adu mulut di kala itu.?

Mari kita tertawa kencang dengan sangat ceria dan sedikit berikan senyum untuk yang saling mencaci, menyerang penulis, baik itu yang membela Fachri Hamzah, ( saya ) ataupun yang mencemooh Fachri Hamzah. ( lihat artikel masing-masing.) berikan senyum sedikit saja, jangan terlalu banyak. apabila di perlukan " senyum kecutpun silahkan di berikan.

apakah anda sebagai pencemo'oh Fachri Hamzah bangga telah berhasil mendapatkan hits pembaca yang luar biasa,? apakah saya yang harus bangga membela Fachri Hamzah, walaupun sedikit mendapat hits pembaca,?

siapa bersalah dalam kasus penggeledahan KPK bersenjata di gedung DPR-RI tersebut,? apakah kita mendapat pembelajaran yang baik dari keributan antara penyidik KPK dengan Fachri Hamzah,? senyuman lah yang lagi-lagi harus kita berikan, ataukah kita harus berguman " oh,,. inilah fenomena negri ini. senangnya hanya ribut, gaduh, ketika ada sebuah pertanyaan,siapa yang harus mengalah, siapa yang harus di persalahkan,? semua memberikan argumentasinya dengan baik untuk sebuah jawaban. ( dan argumentasi tersebut melupakan sisi netralitas suatu persoalan.)

artikel adalah sebuah rekam jejak penulis, dalam artikel yang hanya mengejar hits pembaca, dengan judul provokatif, serta isi yang " biasa-biasa saja, akan membuat malu penulis di saat sang penulis melihat kembali artikel lamanya. itupun jika penulis melihat kembali, kemungkinan besar tidak, karena malu.' yang terpenting hits pembaca sudah banyak. dan sesegera mungkin menutup dengan menerbitkan artikel baru.

apakah kita bisa di katakan sebagai penulis kuat seperti yang tertuang dalam artikel kompasianer Pebrianov,? dalam artikelnya kompasianer Pebrianov mengatakan " penulis adalah ibu dari sang artikel.( point ) jika artikel adalah sebuah anak dari penulis, maka koreksi kembali artikel-artikel anda. apakah " anak-anak tersebut telah salah memberikan opini, atau sang ibu salah mengajarkan, hingga artikel, ( sang anak ) menjadi liar beropini serta bisa dengan se'enaknya berpendapat tanpa melihat realita, di sini saya pun bertanya, apakah kompasianer Pebrianov sendiri pernah melihat artikelnya kembali.?

kembali pada kasus perseteruan penyidik KPK dan Fachri Hamzah yang anti klimaks, dan kita dengan besar hati harus mau untuk membuka artikel lama tentang hal ini, jangan lewatkan untuk membuka artikel yang sama dari teman kompasianer, setelah semua kita lakukan, berikan senyuman sedikit saja kepada artikel kita ataupun artikel teman kompasianer lainya. Sedikit saja senyuman. senyum kecut juga tak mengapa. karena senyuman anda semua mungkin bisa memuaskan diri saya.

Kita juga harus bisa mengingat pro dan kontra terkait pemilihan pimpinan KPK, semua berjalan dengan sendirinya, dan Johan Budi yang tidak terpilih, malah mendapat tempat di sisi Presiden Jokowi. adil bukan.? ketika pemerintahan.( baca parpol pendukung pemerintahan.) mulai terusik oleh KPK, maka rencana revisi UU KPK di gaungkan. apakah ini sebuah peringatan untuk KPK.? dalam kacamata sederhana mengatakan, hey' kau jangan ganggu kami, kami yang memilihmu,

belajar menganalisa suatu permasalahan tidaklah mudah. mari belajar kembali membaca dan mendapatkan referensi sebanyak mungkin, untuk kita menganalisa mendekati ke'akuratan, jangan pernah berfikir kita tidak luput dari pengawasan pembaca. angin kompasiana bertiup ke barat, beramai-ramailah menuju ke barat, di kala angin bertiup ke timur, semua ikut ke timur, dimana letak idealisme penulis.? apakah para penulis lupa, karena jumlah artikel yang sudah mencapai ratusan,? berhati-hatilah dalam menganalisa.

kompasianer adalah para penulis top, penulis kuat, ( seperti di katakan Pebrianov dalam artikelnya.) dimana letak kekuatan tersebut jika menganalisa suatu berita dan mengolahnya saja banyak kekeliruan.? terima kasih untuk kompasianer Pebrianov yang sudah mengingatkan " bahwa penulis adalah ibu dari artikel tersebut. ingatkan saya jika saya kembali keliru ya Prof.

Salam Kompasiana.

Beby,21 Februari 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun