Mohon tunggu...
Febri Fajar Pratama
Febri Fajar Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis biasa. Masih butuh banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Politik PDIP: Risma Sengaja Dicadangkan untuk Pilpres 2019 Mendatang?

22 September 2016   20:19 Diperbarui: 22 September 2016   20:56 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) | www.maknews.id

Pada tanggal 20 september 2016, PDIP resmi mengumumkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan di usung pada pilgub DKI 2017 mendatang. Banyak orang yang menduga sekaligus berharap bahwa PDIP akan mengusung Bu Risma sebagai pendobrak sang petahana di ajang pemilihan gubernur yang diselenggarakan 5 tahun sekali itu. Melihat elektabilitas yang sudah banyak diungkap ke publik oleh lembaga survey nasional, hanya Bu Risma lah yang cocok dan dapat mengimbangi kekuatan Ahok. Hal ini pun berhembus kuat ketika ketua umum PDIP yaitu Ibu Megawati Soekarno putri yang sering mengadakan pertemuan dengan walikota Surabaya tersebut. Entah apa yang dibahas oleh ketua umum partai dan juga kader nya yang memimpin Surabaya selama 2 periode itu, namun banyak yang berspekulasi bahwa mereka membahas tentang pencalonan Ibu Risma sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Bukan tanpa alasan Risma dijadikan kandidat kuat untuk bertarung pada pilgub DKI 2017. Gaya kepemimpinan nya yang tegas dan jujur, membuat warga Jakarta mendambakan bisa di pimpin oleh sosok seperti Ibu Risma. Tak hanya itu, sikap arogansi yang sering ditunjukkan ahok selama menjabat sebagai gubernur DKI rupanya berimbas pada sudut pandang masyarakat tentang kepemimpinan ahok selama ini. Masyarakat DKI menilai Ahok terlalu keras bereaksi terhadap setiap permasalahan yang ada. Tak jarang Ahok menanggapi kelalaian anak buah nya dengan menggunakan urat dan juga cacian. Hal tersebut yang membuat warga DKI Jakarta mendambakan sosok pemimpin yang tak hanya tegas, jujur, dan bersih, pun juga harus diimbangi dengan attitude yang baik pula.

Harapan warga DKI Jakarta yang sebagian menginginkan Risma menjadi gubernur pupus sudah setelah PDIP mengumumkan calon gubernur dan juga wakil gubernur pada hari selasa lalu. Ternyata, PDIP tidak benar-benar membenci ahok. PDIP malah mengusung Ahok dan juga Djarot sebagai wakilnya. Hal ini menjadi anomali ketika kita mengaitkan dengan ketidakharmonisan yang ditunjukkan PDIP ketika ahok memilih jalur independent. Memang dalam politik itu tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Ungkapan itu memang lah patut kita tujukan pada PDIP. Sikap PDIP seolah menggambarkan bahwa lawan bisa menjadi kawan jika berbicara tentang kepentingan politik.

Jika PDIP memilih Ahok dan juga Djarot untuk maju pada pilgub DKI 2017, lalu nasib Risma bagaimana? Memang ketika di wawancarai oleh media, Risma selalu enggan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pilgub DKI, dia selalu menegaskan bahwa dia akan tetap di Surabaya sampai beres masa jabatannya. Namun sebelum pengumuman cagub dan cawagub, Risma sempat mengungkapkan bahwa “semua kehendak Tuhan” yang akhirnya memunculkan spekulasi baru bahwa kemungkinan Risma lah yang akan di usung partai berlambang banteng tersebut. Namun di saat-saat injury time, PDIP segera merubah strategi dengan mengganti pemain.

Saya menduga, ketika Risma tidak jadi di calonkan, ada sebuah rencana besar dibalik itu. Mungkin untuk saat ini, Risma tidak jadi menuju DKI 1, tapi jangan salah, bisa saja Risma sengaja di persiapkan untuk Pilpres 2019 mendatang. Karena pada dasarnya PDIP sudah mengetahui peta politik Indonesia yang diwakili oleh Jakarta. Tidak usah pergi keseluruh wilayah Indonesia untuk mengetahui dan mencari strategi yang pas untuk menang pada pilpres. Cukup dengan mencari kader partai yang dianggap mumpuni memimpin daerahnya, kemudian dicalonkan sebagai gubernur DKI. Hal ini sudah terbukti pada pemilu presiden 2014 silam. 

Meskipun pada kasus ini, Risma tidak jadi dicalonkan, namun PDIP sudah bisa menakar kekuatan Risma melalui survey elektabilitas yang selama ini sering di ungkap ke publik. Jakarta adalah miniatur Indonesia, yang memiliki kultur beragam serta masyarakat yang majemuk. Tak heran bila Jakarta dijadikan sebagai indikator atau alat ukur suatu partai untuk bisa memuluskan kader nya menuju RI 1. Jika memang Risma digadang-gadang sebagai capres pada tahun 2019 nanti, apakah beliau akan bisa mengikuti jejak presiden Jokowi sebelumnya? Sekaligus menjadi presiden wanita ke-dua setelah Ibu Megawati? Kita tunggu saja…………….

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun