Kemarin, Senin, 30 Juni 2025 adalah peringatan tujuh tahun atas meninggalnya sang maestro di dunia kartunis dan literasi tanah air. Kita semua telah kehilangan sosok cerdas yang penuh sentilan humor dan gaya menggelitik pada kalimatnya di dunia karikatur Indonesia.
Siapa lagi jika bukan GM Sudarta yang biasa dipanggil Oom Pasikom, yaitu tokoh ciptaan yang berkarakter unik dengan sindiran ala parodi dalam celetukan lucu sebagai bahan kritikan di karikaturnya untuk menggambarkan semua tingkat dan nuansa kehidupan masyarakat kita yang hipokrit.
Dampaknya, kalimat kritikan yang dikemas dalam bahasa dialog sederhana namun lucu oleh Oom Pasikom di karikaturnya dapat memberikan hiburan pada para pembaca dan juga mengena pada mereka yang jadi sasaran kritik halus tanpa perlu saling lantang berteriak dalam memberikan teguran.
Begitu ngefansnya saya dengan karikaturnya "Oom Pasikom" yang muncul di surat kabar Kompas, bila ada karya karikaturnya yang paling menghibur, segera saya gunting dan ditempelkan sebagai sampul buku tulis untuk catatan pelajaran saat saya masih duduk di bangku SMA di tahun 1980-an.
Ada salah satu guru SMA saya yang memberikan apresiasi tinggi setelah melihat semua buku catatan pelajaran saya bersampulkan karikatur Oom Pasikom karya GM Sudarta dan hal itu memberikan kesan tersendiri dan semangat pada penulis di masa remaja dengan status pelajar sekolah menengah saat itu.
Itu artinya, terhitung hari Senin tanggal 30 Juni 2025, sudah tujuh tahun almarhum pergi meninggalkan para penggemarnya yang tidak akan pernah bisa melupakan karyanya yang mencapai lebih dari 4.000 dan telah melegenda di hati masyarakat di tanah air.
Mengapa kartun dari GM Sudarta dengan tokoh Oom Pasikom di harian Kompas bisa digemari oleh berbagai strata masyarakat di tanah air?
Jawabannya ternyata sederhana. Dari berbagai sumber yang dirangkum sebagai referensi, sebetulnya GM Sudarta hanya menginginkan perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia.
Kunci suksesnya, yang dikritik dan mengkritik harus tetap tersenyum bersama dan tidak perlu merasa tersinggung. Dengan begitu, semua aspirasi masyarakat pastilah sudah terwakili atau tersampaikan pada pembuat kebijakan.