Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Yakinkah Kita Jadi Pemenang di Bulan Ramadhan?

24 Maret 2023   03:10 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:15 3870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buka bersama. (Dok. Shutterstock/Odua Images via kompas.com)

Saat lisan terucap 'Marhabhan ya Ramadhan!' dan pikiran 'mengiyakan', namun hati 'merintih' sedih saat 'tindakan' dalam menyambutnya masih penuh kebimbangan.

Apakah Ramadhan kali ini, saya akan termasuk pada mereka yang menjadi salah satu pemenangnya? Sudahkah ikhlas menjalankan kewajiban ibadah puasa selama 30 hari? Adakah buruk perilaku 'sama' yang saya kerjakan antara sebelum dan selama bulan Ramadhan?

Sejujurnya masih banyak pertanyaan dalam hati dan berusaha mencari jawaban serta pencerahan diri untuk perenungan agar sisa hidup ini tidak berjalan habis dalam kesia-siaan.

Kita yakini bersama bahwa ibadah puasa wajib bagi orang yang beriman. Itu berlaku bagi mereka orang yang beragama islam, kristen, katolik atau agama lain. Namun, bulan Ramadhan, berlaku bagi mereka umat islam yang beriman.

Sedangkan, mereka yang memeluk agama selain islam, berapa lama mereka berpuasa, pada bulan apa mereka melakukannya adalah ibadah mereka masing-masing.

Kita hanya saling menghormati satu sama lain dan itu sudah tercantum dalam Surat Al Kafiruun, ayat ke-6 : Lakum diinukum walliyadin, yaitu bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Mengapa terkadang saya merasa tidak yakin menjadi pemenang setelah menjalani ibadah puasa selama 30 hari di bulan Ramadhan?

Pertama, selama berpuasa, saya merasa takut bahwa puasa saya untuk menahan lapar dan dahaga dari sebelum subuh sampai matahari terbenam, tidak akan ada amalan pahala yang mengalir pada diri ini.

Itu semua karena saya hanya fokus pada perasaan takut badan menjadi kurus. Fisik menjadi lemah karena saya merasa kelaparan dan kehausan sampai melupakan makna sejati dari berpuasa itu sendiri.

Kedua. Ada hawa nafsu serakah pada jiwa ini dan sulit untuk mengontrolnya. Berapa banyak uang dan dana yang harus dihabiskan hanya untuk menimbun bahan makanan dan pakaian demi terlihat sebagai pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun