Mohon tunggu...
Junaedi Ham
Junaedi Ham Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

Bekerja di Balang Institute Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berharap Berkah Ramadan

6 Mei 2019   19:50 Diperbarui: 6 Mei 2019   20:56 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan, semua orang pasti berharap berkahnya. Bulan yang paling istimewa di antara bulan lainnya,  salah satu keistimewaan ramadhan adalah terbukanya pintu ampunan dan berbuat kebaikan senangtiasa dilipatgandakan pahalanya. 

Alhamdulillah ramadhan ini diberi sehat dan umur panjang. Keluarga juga sehat semua. Sehari kita sudah berkabar, menanyakan keadaan. Adik yang di Malaysia, juga ibu. Mereka bekerja sebagai buruh sawit. Ibu sudah kurang lebih enam tahun di sana, sementara adik  baru empat bulan, menyusul karena mencari kerja di tanah lahir masih menjadi pekerjaan yang berat.

Tak ada yang signifikan dari ramadhan kemarin, semenjak selesai kuliah saya aktif bertani, menggarap sepetak lahan milik ayah. Dari sanalah kebutuhan keluarga kecil kami terpenuhi. Sebagai anak sulung sudah menjadi tanggungjawab saya membantu menafkahi keluarga di usia ayah yang sudah renta. 

Mangharap ramadhan tahun ini menjadi berkah tersendiri, selembar ijazah menjadi harapan yang tidak pernah pupus. mendapat pekerjaan tetap adalah harapan agar stabilitas ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Beruntunglah kami hidup di desa, dapat bertani, mencari solusi hidup dari tradisi. Menaruh harapan dari hamparan padi yang menguning.

Sambil menikmati aktifitas pokok bertani, sesekali aktif dalam kegiatan yang melibatkan pemuda, munkin saja dapat menyalurkan ide untuk meraba ruang-ruang inovatif dalam pengembangan hidup berdesa. Menurut saya pembangunan dalam pengembangan desa harus melibatkan pemuda secara aktif. Para pemuda terutama para sarjana di desa tidak jauh dari kondisi saya. Salah satu pilihannya adalah kembali ke lahan pertanian, sudah menjadi paradigma pemuda desa bahwa cara terbaik melawan kemiskinan adalah bertani. 

Tiap ramadhan, doa menjadi harapan agar Ramadhan berikutnya keluarga dapat kembali berkumpul. Tiap sahur dan berbuka puasa hanya membalut rindu dari kursi- kursi kosong, mengingatkan ada yang tak hadir. Saat ibu melantungkan ayat suci setelah pulang dari tarawe, atau setelah shalat subuh. Kala itu saya masih duduk di bangku SMA. Rindu masakannya, sayur labu santang, juga ikan bakar yang dibuat spesial untuk saya. 

Ingin rasanya terulang masa itu, andai aku punya daya. Sesal di dada, kapan kebahagian itu dapat kepersembahkan kepada mereka berdua. Lewat doa-doanya aku mendapatkan ampunan, dari tetesan keringatnya yang belum terbalas.

Sekian kali saya rangkai harapan itu, menanti dan menanti dapat tercapai. Hingga saat selalu tercatat dalam bait-bait lembar tulisan, melampiaskan emosi dalam dikte kata. Oh, semoga tercapai.

Bukan cuma saya tentunya, adikku, ayahku, terlebih ibuku di sana. Siapa yang tidak tahu bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap keluarga, dan anak- anaknya. Derita rindu ini saya yakin juga menjadi beban berat ibu di sana.

Waktu masih panjang, terasa singkat saat berlalu, kehidupan harus dijalani. ini kodrat dari esensi sunnatullah dan menjadi berkah saat dijalani dengan sabar dan penuh keikhlasan.

Semoga Ramadhan ini menjadi yang terbaik dari sebelumnya, menjadi pribadi yang baik dan dapat berguna, bagi keluarga, nusa bangsa, menjalankan petunjuk sebaik-baik orang yang menjalankan petunjuk. 

Selamat menunaikan Ibadah Puasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun