Mohon tunggu...
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛) Mohon Tunggu... Lainnya - Independent Researcher

menekuni dan melibatkan diri aktif dalam praktek pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah, terutama berkaitan dengan pendidikan nonformal/informal dan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan wilayah dan daerah http://www.call-hardy.blogspot.com/ Mobile: +62.8562127048

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cukup Bedug ditambah kentongan

2 September 2011   19:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suara bedug yang mengawali adzan magrib di kampung saya lebih dinanti-nanti manakala ramadhan tiba, berbeda dengan saat yang sama di bulan yang lain. Hanya tinggal suara bedug di masjid jami kampung saja yang setia mengisyaratkan waktu shalat, sementara langgar dan surau sudah tidak lagi menyuarakan bedug. Suara bedug masjid ini pun hampir kalah cepat dengan suara bedug yang ditayangkan televisi manakala magrib tiba.

Sejarah bedug konon telah digunakan sejak jaman Majapahit. Disebutkan pula kehadiran bedug di nusantara dikaitkan dengan pemberian kepada raja di Seamrang yang berkuasa ketika Laksamana Cheng Ho meninggalkan pulau Jawa. Sejak itu, bedug menjadi komponen penting ‘kekayaan’ milik masjid sebagai tempat peribadatan umat muslim di Indonesia. Tentang bedug ini yang juga dinamakan: beduk, sebuah halaman web mengklaim instrumen ini merupakan musical instrument asli negeri jiran. Soal klaim terakhir ini saya tidak mau berkomentar.

Kalau bedug ini di awal kelahiran bersinggungan dengan budaya India dan Cina, maka jelas tidak dapat diidentikkan dengan bagian budaya Islam. Sehingga, bedug dapat dipahami merupakan bentuk asimilasi budaya terhadap Islam dan tidak bisa dikatakan sebagai ciri Islam, sekalipun banyak masjid dijumpai memiliki instrumen pukul ini.

Di tanah air, akan dipandang kurang lengkap apabila sebuah masjid tidak memiliki bedug. Bukan hanya kelengkapan masjid di kampung saja, bedug pun menjadi ‘harta’ sejumlah masjid agung di berbagai kota besar Indonesia. Sehingga mustahil tempat ibadat selain masjid menggunakan bedug, padahal di Thailand, justeru bedug digunakan dalam menara tiga lantai yang dimiliki kuil.

Bedug di kuil-kuil yang ditemukan di Thailand diletakkan di lantai dua menara, sedangkan lantai satu diletakkan kentongan dan lantai tiga digunakan untuk lonceng.

[caption id="attachment_132581" align="alignleft" width="150" caption="Menara Kuil di Thailand (Dok. Pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_132582" align="aligncenter" width="150" caption="Susunan Menara tiga lantai (dok. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_132583" align="alignright" width="150" caption="Bedug di lantai dua (dok. pribadi)"][/caption]

Memperhatikan instrumen yang digunakan kuil di Thailand, saya menduga ada pembagian ‘alat budaya’ yang diserap oleh masjid di tanah air, sehingga hanya menggunakan bedug dan kentongan. Sedangkan, lonceng tidak djadikan bagian kelengkapan ritual bagi masjid. Penelusuran saya di sejumlah tempat selama ini, tidak ada masjid di tanah air yang menjadikan lonceng sebagai instrumen peribadatan kaum muslimin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun