Mohon tunggu...
Dzikri Faizziyan
Dzikri Faizziyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - The cosmos is within us. We are a way for the universe to know itself.

I love writing as much as i love reading. My one and only standard of morality is individual liberty.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebab Mendasar yang Membuat Masyarakat Terpecah Belah

7 Januari 2022   20:08 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:01 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto : wonderopolis.com)

Sebenarnya, apa hal mendasar yang membuat masyarakat berpotensi untuk terpecah belah ?

Jika dipikir-pikir, ya pola bermasyarakat yang komunalistik.

Masyarakat komunal adalah masyarakat yang senang berkelompok berdasarkan kesamaan identitas primordial seperti agama, tempat tinggal, etnis, bahasa, dan lain sebagainya.

Ada peribahasa "Birds of the same feather flocks together", alias burung dengan bulu yang sama juga terbang bersamaan.

Pola berkelompok akan memicu solidaritas berdasarkan kesamaan sentimentil. Oleh karena itu, mereka berpotensi untuk berkonflik dengan  kelompok lain karena sebab yang sentimentil juga. Maka, konflik antar golongan, antar organisasi, antar etnis, antar kampung, bahkan antar agama sering terjadi di masyarakat yang pola bermasyarakatnya komunal.

Justru, masyarakat yang pola hubungannya individualistik seringkali damai. Sebab, tidak memiliki ikatan komunal sentimentil, maka juga tidak ada kebencian komunal sentimentil. Tidak mudah juga untuk dihasut dan dimobilisasi. 

Misalnya begini, coba dipikir apakah ada tawuran warga antar komplek perumahan elit ?  Tidak ada! ataupun meskipun itu ada ya peluangnya sangat kecil. Justru  yang ada adalah tawuran antar warga kampung. Dan lucunya, bahkan kadang masalah individu vs individu menjadi masalah kampung vs kampung.

Masyarakat berpola kelompok biasanya tidak punya independensi. Keputusan, selera, dan haluan mereka adalah kebijakan komunal. Dan mereka biasanya sulit bersikap kritis atas keputusan kelompok. Sebab, pemimpin mereka juga dipilih berdasarkan "siapa yang dituakan".

Budaya feodal jelas tumbuh subur di sini.

Sementara masyarakat berpola individual lebih independen, memiliki keputusan sendiri, dan mudah bersikap kritis atas apapun yang dirasa kurang layak. Ya karena mereka tidak punya ikatan sentimentil apapun terhadap siapapun. Mudah saja. Pemimpin di individual pun dipilih berdasarkan "siapa yang paling kompeten", bukan "siapa yang paling dikultuskan atau dituakan" yang itu berdasarkan feeling saja. Inilah, sekali lagi, kenapa masyarakat berpola individu cenderung sulit untuk dihasut atau dimobilisasi. 

Bukan berarti masyarakat yang individual tidak bisa berkelompok. Bisa. Namun biasanya cenderung berkelompok berbasis asas guna (misalnya, urusan bisnis), sesuatu yang sederhana (misalnya hobi), dan pragmatisme yang minim unsur sentimentil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun