Mohon tunggu...
Dzikri Faizziyan
Dzikri Faizziyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - The cosmos is within us. We are a way for the universe to know itself.

I love writing as much as i love reading. My one and only standard of morality is individual liberty.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa yang Takut Charles Darwin?

30 September 2021   19:45 Diperbarui: 1 Oktober 2021   01:04 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://elpais.com/internacional/2020/11/25/mundo_global/1606305603_909059.html

Menurut sebuah survei Gallup pada 2012, hanya 15% orang Amerika yang berpikir bahwa Homo sapiens berevolusi melalui seleksi alam saja, bebas dari semua campur tangan ilahiah; 32% berpendapat bahwa manusia mungkin memang berevolusi dari bentuk-bentuk kehidupan sebelumnya dalam sebuah proses yang berlangsung jutaan tahun, tetapi Tuhanlah yang merancang seluruh pertunjukan ini; 46% percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam bentuknya saat ini pada masa sekitar 10.000 tahun terakhir ini, sebagaimana dikatakan Injil. 

Menghabiskan waktu tiga tahun di perguruan tinggi sama sekali tak berdampak pada pandangan-pandangan ini. Survei yang sama menemukan bahwa di kalangan lulusan sarjana, 46% memercayai cerita penciptaan dalam Injil, sedangkan 14% menganggap manusia berevolusi tanpa supervisi ilahiah. Bahkan, di kalangan penyandang gelar M.A. atau Ph.D., 25% meyakini Injil, sedangkan 29% memercayai seleksi alam saja dalam hal penciptaan spesies kita.

Meskipun sekolah-sekolah jelas sangat buruk mengajarkan tentang evolusi, kaum fanatik masih juga menekankan agar itu tidak diajarkan sama sekali. Atau alternatifnya, mereka menuntut agar anak-anak juga harus diajar tentang teori desain inteligensia, yang menurut teori itu semua organisme diciptakan dengan desain dari sesuatu yang inteligensianya lebih tinggi (alias Tuhan). “Ajarkan kepada mereka kedua teori itu,” kata kaum fanatik, “dan biarkan anak-anak memutuskan sendiri.”

Mengapa teori evolusi memancing penolakan-penolakan seperti itu, sedangkan tak seorang pun tampaknya peduli tentang teori relativitas atau mekanika kuantum ?

Bagaimana bisa para politisi tidak bertanya apakah anak-anak terpapar pada teori-teori alternatif tentang benda, energi, ruang, dan waktu ?

Lagi pula, sejak pertama ide-ide Darwin tampak jauh kurang mengancam dibandingkan keganjilan-keganjilan dari Einstein dan Werner Heisenberg. Teori evolusi bertumpu pada prinsip yang paling kuat yang bertahan (survival of the fittest), sebuah ide yang jelas dan sederhana — kalau tak boleh dibilang membosankan. Sebaliknya, teori relativitas dan mekanika kuantum berpendapat bahwa Anda bisa membelokkan waktu dan ruang, bahwa sesuatu bisa muncul dari ketiadaan, dan bahwa seekor kucing bisa hidup dan mati pada saat bersamaan. Ini merupakan bahan ejekan pada pemahaman umum kita, tetapi tak seorang pun berusaha melindungi anak-anak sekolah tak berdosa dari ide-ide mengerikan ini. Mengapa?

Teori relativitas tidak membuat marah siapa pun karena ia tidak bertentangan dengan keyakinan-keyakinan berharga kita. Sebagian besar orang tidak peduli sedikit pun apakah ruang dan waktu adalah absolut atau relatif.

Jika Anda berpikir bahwa dimungkinkan membelokkan ruang dan waktu, baiklah, silakan saja. Lakukan, belokkan. Apa peduli saya?

Sebaliknya, Darwin menghilangkan jiwa dari diri kita. Jika Anda benar-benar memahami teori evolusi, anda memahami bahwa tidak ada jiwa. Ini pemikiran yang menakutkan bukan hanya bagi pemeluk taat Kristen dan Islam, melainkan juga banyak orang sekuler yang tak mengakui dogma agama yang jelas tetapi ingin percaya bahwa setiap manusia memiliki esensi individual yang abadi yang tetap tak berubah sepanjang hidup, dan bisa mengelak bahkan dari kematian.

Arti harfiah dari kata “individu” adalah “sesuatu yang tak bisa dibelah”. Kalau saya “individu”, maka berarti diri saya yang sejati adalah sebuah entitas holistik, bukan sebuah susunan dari bagian-bagian yang terpisah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun