Mohon tunggu...
Dzikri Faizziyan
Dzikri Faizziyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - The cosmos is within us. We are a way for the universe to know itself.

I love writing as much as i love reading. My one and only standard of morality is individual liberty.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandemi dan Generasi Muda: Sebuah Tantangan bagi Pendidikan dan Peradaban Kita

3 September 2021   12:13 Diperbarui: 3 September 2021   13:48 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilema Pendidikan Masa Pandemi (retizen.republika.co.id/)

Saat ini, Tentunya permasalahan dunia yang sangat diperbincangkan sekarang adalah Pandemi COVID-19, yang kedatangannya sekitar tahun 2019 ini hampir saja untuk menghancurkan dunia, tepatnya menghancurkan eksistensi manusia dan makhluk hidup lainnya. Dia (COVID-19) sedang dalam proses menginfeksi banyak (mungkin bahkan sebagian besar) dari kita, membunuh beberapa, menutup hubungan sosial normal kita, menghentikan sebagian besar perjalanan internasional, dan merusak laju ekonomi, perdagangan, bahkan Pendidikan untuk generasi muda kita. Lalu, akan seperti apa dunia beberapa tahun dari sekarang, dengan keadaan yang sangat berbeda dari keadaan yang sebelumnya?

Situasi Pandemi ini tentunya sangat mengubah berbagai macam pandangan orang-orang dalam menjalani kehidupannya, Ketika ada gerakan atau suatu kampanye pertama yang menyatakan bahwa jika kita ingin terhindar dari virus ini kita harus tetap selalu berada di dalam rumah, mematuhi protokol kesehatan jika ingin keluar rumah, menjaga jarak, dlsb. 

Bahkan ketika virus ini pertama kali muncul ke permukaan kita merasakan ada sedikit kegembiraan, bukan kekhawatiran, karena banyak kebijakan dari pemerintah ataupun kebijakan internasional untuk memberikan masa istirahat atau libur sementara, yang tujuannya untuk menekan laju penyebaran virus ini, misalnya libur dari pekerjaan, sekolah, dlsb. 

Orang-orang sangat senang akan hal itu, tetapi orang-orang tidak tahu bahwa dampak ini bisa saja membunuh pemasukan bagi ekonominya, membunuh harapan hidupnya, karena pandemi ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk bisa memulihkan kembali menuju keadaan seperti semula.

Apakah kita akan membiarkan COVID-19 ini menjadi penyakit bagi kita ? Bahkan khususnya bagi generasi muda ?, dan bagaimana untuk menyikapi suatu tantangan bagi Pendidikan terutama dikalangan generasi muda, yang selalu dikatakan sebagai generasi penerus bangsa.

Tentunya Ketika kita berbicara terkait tantangan Pendidikan di masa pandemi ini, saya pertama ingin mengatakan memang tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat dari belajar-mengajar tatap muka secara langsung itu cukup signifikan dampaknya, dibandingkan belajar-mengajar secara tatap muka tidak langsung (daring). 

Di masa sekarang ini memang kita tahu bahwa kesehatan ataupun keselamatan diri itu adalah suatu prioritas bagi kita dibandingkan hal-hal lainnya, Tetapi kita juga tidak bisa selalu mengedepankan satu hal dan mengesampingkan hal-hal lainnya, karena itu juga suatu kebutuhan bagi kita untuk menjalani kehidupan dan mempersiapkan diri untuk Dunia.

Generasi muda adalah salah satu golongan yang dirugikan akan situasi ini, pendidikan kita kacau, bahkan sebelum pandemi ini juga pendidikan kita terutama dalam hal literasi dan sains selalu berada di posisi 10 terbawah. 

Bayangkan saja ketika kita mencoba masa transisi dari luring ke daring dalam hal pendidikan masa pandemi ini, tentunya sikap yang ada pada masyarakat adalah pesimistis, karena bisa jadi kualitas pendidikan dan literasi kita akan lebih menurun dibandingkan sebelumnya. Secara definisi, Literasi sendiri adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. 

Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia hanya berkutat pada sisi hilir, maksudnya adalah terjebak oleh kultur, pemikiran kritis dan keingintahuan itu tidak dibangun pada saat sekolah, karena pendidikan kita fokus akan hafalan dibandingkan konsep untuk memahami permasalahan. 

Kita tidak terbuka dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena memang ketakutan berpikir terkait perubahan akan ilmu pengetahuan itu bisa melunturkan nilai-nilai sakralitas budaya yang ada, maka dari itu masyarakat kita menjadi masyarakat yang rendah akan budaya bacanya. Karena ketika disebut sebagai bangsa yang rendah akan budaya bacanya, otomatis pasti akan rendah pula indeks literasinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun