Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Di Balik Teknologi Tradisional dan Modern dalam Membajak Sawah

25 Mei 2021   09:19 Diperbarui: 25 Mei 2021   09:25 10939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern saat ini, penggunaan teknologi tentu sudah tidak asing lagi. Hampir semua aspek kehidupan tidak terlepas dari teknologi. Sudah tentu, motif utamanya adalah efisiensi dan efektivitas. Adanya teknologi sangat memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas, terutama dalam bekerja, termasuk dalam dunia pertanian.  Penggunaan teknologi pertanian sedikit banyaknya pasti membawa perubahan baru dalam kehidupan manusia.

Penggunaan mesin traktor untuk membajak sawah merupakan teknologi baru dalam dunia pertanian. Kemunculanya sangat dibutuhkan dalam rangka mempercepat pembajakan. Cara lama yang menggunakan tenaga hewan seperti kerbau atau sapi mulai ditinggalkan. Pemerintah mendorong percepatan itu dengan penyuluhan dan pemberian traktor secara gratis kepada masyarakat. Tentu dengan senang hati masyarakat menyambutnya. Mau tidak mau peralihan pun berangsur-angsur terjadi.

Mesin yang dulu sangat berjarak dengan petani kini mulai dekat. Istilah tak kenal maka tak sayang pun dirasakan. Semakin kesini semakin jarang kita dapati seekor kerbau menggarap sawah dengan garunya. Pemandangan seperti itu sangan jarang kita saksikan di sawah-sawah pinggiran jalan. Yang sering terlihat justru seorang operator dengan traktornya, mereka dengan asik seperti bermain-main dengan mainan.

Peralihan metode tersebut tentu memiliki dampak yang kadang tidak kita sadari. Penggunaan teknologi dalam rangka efisiensi dan efektifitas sangat sejalan dengan fenomena Revolusi Industri yang terjadi ratusan tahun silam di Inggris. Pasca renaisans, negara-negara eropa berlomba-lomba dalam menciptakan terobosan-terobosan baru yang menggantikan tenaga hewan atau manusia dengan mesin. Efektivitas dan efisien terus digenjot dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimum dalam suatu industri. Pengejaran keuntungan maksimum tersebut kadang melupakan keberlangsungan ekosistem yang ada.

Penggunaan traktor tentu lebih efisien dibanding penggunaan kerbau secara kapasitas luas penggarapan per satuan waktu. Tetapi bahan bakar yang dibutuhkan mesin traktor justru membuatnya tidak efisien secara biaya dan lingkungan. Di tempat kelahiran istri saya, untuk sewa traktor dalam satu hari adalah sebesar Rp. 300.000, sedangkan menggunakan kerbau hanya Rp. 200.000. Selisih Rp. 100.000. Penggunaan mesin dengan bahan bakar sangat jelas memiliki dampak terhadap lingkungan. Belum lagi terhadap kondisi tanah yang padat akibat lintasan traktor, yang berdampak kurang baik terhadap kesuburan tanah.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Tanpa banyak yang menyadari bahwa penggunaan mesin sebagai alat bantu pertanian seperti traktor pasti mengalami penyusutan. Penggunaan yang secara terus menerus membuatnya membutuhkan perawatan, bahkan bisa menurunkan produktivitasnya karena hausnya komponen yang ada. Kondisi ini membuat cost bertambah. Lain hal dengan kerbau, justru ia mengaalami produktivitas, karena setiap tahun bisa melahirkan anak. Ini sangat produktif dan menguntungkan. Seiring waktu maka kerbau tersebut akan bertambah kuantitas dan produktivitas.

Dalam setiap aksinya, penggarapan menggunakan kerbau memiliki efek samping yang sangat baik. Walaupun terlihat jiji, kotoran yang dikeluarkan oleh kerbau di sawah sangat baik untuk kesuburan tanah. Sedangkan mesin traktor tidak menutup kemungkinan bisa meneteskan bahan bakar yang membahayakan tanah.

Penggunaan traktor membuat kerbau tidak lagi dilirik dan banyak ditinggalkan. Sehingga keberadaanya saat ini cukup sulit ditemukan. Suasananya jelas berbeda, dulu kandang-kandang kerbau sangat mudah ditemukan di belakang-belakang rumah. Tukang ngangon pun sering kita jumpai di sembarang tempat. Hal ini bisa jadi membuat harga daging di pasaran cukup mahal, karena memang penawaranya yang sangat terbatas. Justru membuat peluang impor daging semakin luas.

Sungguh, dua fenomena yang sangat berlainan yang kadang membuat bingung mana yang mesti dikejar. Keduanya memiliki keuntungan. Namun kemaslahatanlah yang harus diprioritaskan. Konsep keadilan dan gotong royong menjadi pijakan untuk terus berjalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun