Mohon tunggu...
Dzakiyyah FauziyahRifat
Dzakiyyah FauziyahRifat Mohon Tunggu... Freelancer - Fakir ilmu yang tertawan dosanya

Mahasiswa aktif pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam peminatan Kajian Islam di Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta adalah Agama Universal

25 Januari 2022   14:50 Diperbarui: 25 Januari 2022   14:53 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Judul Buku: Agama Cinta: Menyelami Samudra Cinta Agama-Agama
Penulis: Ahmad Nurcholis, Alamsyah M. Dja'far
Tahun: 2015
Halaman: 262
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020265308, 6020265307

Dalam bayangan kekerasan dan intoleransi bermotif agama yang terus menggejala, buku ini ingin menghadirkan wajah setiap agama dan keyakinan yang teduh serta penuh cinta. Inilah wajah otentik dari agama yang membuatnya diwahyukan, diimani, dan dipraktikkan dalam rentang sejarah yang begitu panjang. Nilai keramahan, cinta, dan kasih sayang, menjadi jangkar sekaligus tali yang mempertemukan prinsip mendasar pada setiap ajaran agama dan keyakinan. Buku ini memaparkan apa sesungguhnya agama itu, titik-titik persamaan ajaran dalam setiap agama dan keyakinan, melihat bagaimana agama-agama besar, juga agama lokal, dalam memahami cinta dan toleransi, serta secara jujur mengupas titik-titik krusial penyebab konflik berbasis agama dan keyakinan di Indonesia. Agama cinta bukanlah sebuah agama yang baru, melainkan sebuah istilah untuk mempertemukan nilai-nilai dasar yang sesungguhnya dijumpai di setiap agama. Dan seperti judulnya, buku ini dapat dibaca oleh siapa pun dari beragam latar belakang agama dan keyakinan.


Di bagian pertama, penulis memaparkan berbagai pengertian agama dari berbagai pendekatan. Pendekatan antropologi melihat agama sebagai bagian dari budaya masyarakat tertentu mengenai kepercayaan mereka terhadap wujud spiritual dan kekuatan yang lebih tinggi. Sedangkan psikologi melihat agama dan kaitannya dengan batin individu dalam kesendiriannya. Pendekatan sosiologi memandang agama sebagai sistem yang terwujud dalam kehidupan kolektif masyarakat. Kemudian pendekatan fenomenologi yang mencoba menemukan inti dan hakikat beragama dari ekspresi pemikiran, tindakan dan interaksi sosial. Pendekatan teologis dimana agama adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh ajaran masing-masing agama.


Adapun kriteria umum suatu agama adalah memiliki keyakinan akan Tuhan, pandangan menyeluruh mengenai dunia dan tujuan manusia, kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian, ibadah dan doa, kewajiban moral, praktik tobat dan pengampunan dosa, perasaan keagamaan terkait kekaguman, rasa bersalah dan penyembahan, penggunaan teks suci, organisasi sebagai fasilitator yang melanggengkan praktik kepercayaan. Beberapa hal, seperti Tuhan, kitab suci, nabi, umat dan sistem hukum, membedakan agama dengan aliran kepercayaan. Namun pada kenyataannya aliran kepercayaan juga disebut dengan agama lokal. Dari semua pengertian dan ciri tersebut, satu pesan yang pasti dimiliki adalah mengajarkan kebaikan dan cinta.


Dalam bab selanjutnya, buku ini mengutip berbagai perkataan dari tokoh-tokoh agama yang membuktikan bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dan cinta. Beberapa perintah dalam suatu agama juga ditemukan di agama lain, seperti Ten Commandment dalam agama Yahudi yang juga ditemukan sebagai Sepuluh Wasiat dalam Al Qur'an. Sayangnya, hal ini belum terwujud sepenuhnya dalam kehidupan beragama. Teror dan aksi kekerasan oleh suatu oknum menjadikan doktrin agama sebagai alasan. Hal ini membuat pandangan skeptis terhadap agama dan ajarannya. Agama yang dianggap tidak ramah ini mungkin merupakan salah tafsir dan pemahaman. Akibatnya, para pemikir kritis mengemukakan solusi dengan merubah teologi agama dari eksklusivisme menjadi pluralisme.


Bagian kedua buku menjelaskan tentang kebenaran toleran dan pesan universal agama. Dalam Islam, aspek kebenaran merupakan kebenaran asasi yang menjadi inti semua agama. Istila al-Din dalam Al Qur'an mempunyai makna ketundukan, kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum agama dan kebenaran spiritual manusia. Cinta sebagai agama universal harus dibersamai dengan akal agar mewujudkan iman dan amal sholeh dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tubuh fisik memiliki kaitan dengan ruh. Hal ini serupa dengan fungsi akal untuk mengetahui dan perasaan yang dapat mencintai dan membenci. Taqwa sebagai manifestasi keimanan diwujudkan dalam kehidupan nyata yang tidak memandang agama, suku, jenis kelamin dan lain-lain. Maka cinta yang merupakan fitrah adalah salah satu dari Rahmat Allah. Dengan cinta maka manusia bisa menolong dengan tulus tanpa syarat kepada semua orang.


Pada bagian tiga, pembahasan lebih terfokus pada aspek cinta dan kaitannya dalam berhubungan dengan manusia lainnya yang terdapat dalam berbagai ajaran agama-agama. Penulis memberikan contoh seperti ajaran cinta kasih dalam agama Kristen merupakan kebijakan teologis dan etika Kristen. Selain itu juga kata cinta yang disebut Maitri dalam agama Buddha adalah keinginan dan kemampuan untuk memberikan sukacita dan kebahagiaan yang dapat dicapai dengan memadamkan kemarahan, kebencian, ketidaksukaan dan kemelekatan dalam hati setiap makhluk. Agama Hindu mengajarkan bahwa jika seseorang mencintai maka hal tersebut akan menghantarkannya pada tumbuhnya rasa mengasihi, kemudian mewujudkan kehidupan damai, tentram, harmoni, nirkekerasan tidak hanya antar manusia namun kepada seluruh makhluk.


Bagian keempat mengulik lebih jauh mengenai aliran kepercayan sebagai wujud agama lokal. Adat istiadat suatu masyarakat juga memiliki 4 ciri-ciri agama, yaitu creed, code, cult dan community, sehingga aliran kepercayaan pun berhak tumbuh dan berkembang. Aliran kepercayaan yang ada pun adalah wujud kearifan lokal dan agama nenek moyang. Dalam perspektif multikulturalisme pun  memandang agama-agama lokal ini sebagai bagian dari pembentukan sistem demokrasi untuk kemaslahatan Indonesia.


Pada bagian kelima membahas mengenai peran agama menuju kedamaian di Indonesia. Penulis mencontohkan pesantren sebagai bukti bahwa Islam pun menerima dan mendukung Pancasila tanpa menggadaikan keimanan, bahkan memperkuatnya. Adapun perdebatan yang kerap terjadi di masyarakat yang majemuk dapat direm dengan pandangan teologis bahwa Tuhan Maha Tau dan Dialah yang menentukan hidayah. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemerintah harus benar-benar berkomitmen dalam berkonstitusi dan tidak abai dalam hak-hak kelompok minoritas. Dengan demikian kedamaian di Indonesia dapat terwujud dengan tidak menuduh dan mengatasnamakan agama sebagai alasan perseteruan dan kekerasan.


Buku ini secara menyeluruh berhasil menggambarkan bahwa sebenarnya dalam setiap agama memiliki kesamaan, yaitu cinta dan kedamaian. Hal tersebut tidak hanya berlaku untuk penganutnya saja namun berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Pemahaman bahwa setiap agama satu dalam bentuk cinta menawarkan solusi mewujudkan perdamaian khususnya di Indonesia yang rawan terjadi konflik atas nama agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun