Mohon tunggu...
Inamu Dzakiyyatul Jamilah
Inamu Dzakiyyatul Jamilah Mohon Tunggu... Lainnya - Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Mahasiswi "Ngono yo ngono nanging yo ojo ngono"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutuang Cinta di Atas Kopi

11 September 2020   09:28 Diperbarui: 11 September 2020   09:17 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam tidak pernah berhenti mempropaganda perasaanku yang semakin lama tidak jelas kemana arah tujuannya.
Ia kadang menghiburku dengan alunan-alunan janji bahwa bulan dan bintang akan selalu nampak di kala aku bersedih.
Kali ini, seorang laki --laki memakai kaos berwarna merah datang ke rumah, barukali ini seseorang berani mengunjungi rumahku, entah apa gerangan yang menyebabkan ia berani melangkahkan kakinya untuk berpijak di rumah seorang perempuan culun ini.
Yang jelas, aku terlalu fokus pada sarung yang ia kenakan waktu itu, ia mengingatkanku pada seseorang yang telah lama pergi dan tanpa kabar meninggalkanku dengan perempuan lain atau dengan ringkasnya, ia menikah dengan seorang perempuan yang konon katanya tidak pernah ia menyimpan perasaan terhadapnya, namun karena baktinya kepada kedua orang tuanya, ia mulai menerima perempuan itu dengan menumbuhkan rasa pada pernikahanya.
Tiga bulan lebih, perasaanku tak kunjung usai dengan ingatan-ingatan tentang laki-laki itu.
Laki-laki berkaos itu bernama Ali, ia seorang anak kyai yang baru saja lulus dari pondok pesantren di kabupaten kota tempatku tinggal.
Aku mendengar ia mengucapkan salam, dan di balas salam kemudian oleh bapak yang sedang duduk di depan beranda rumah.
"Loh, ada nak ali" sapa ibukku yang keluar dari bilik kamar.
"iya bu, mohon maaf malam-malam mengganggu waktunya"
" Nggak papa nak ali, nak ali mau the atau kopi ?" Tanya ibu.
" hehe, kopi saja bu" jawabnya.
Aku sebenarnya tidak peduli untuk apa tujuannya ia kemari malam-malam, dari jendela kamar ia terlihat jelas sedang berbincang seru dengan bapak. Tapi aku tetap saja berlalu dengan gawaiku yang semakin seru menemaniku menjelajahi beranda instagramku.
Sesekali aku menengok, apakah ia sudah pulang, ternyata belum juga, malah ia tampak sedang mengajak tertawa bapak malam itu.
Tiba-tiba ibu datang dengan secangkir kopi dan gorengan yang di sodorkan kepadaku.
"Nak, tolong ini di suguhkan ke depan ya. Di depan ada tamu, ibu mau kekamar mandir sebentar"
Rasanya tak mau beranjak namun bagaimana kalau ibu yang sudah menyuruh.
Dengan berat, Kuambil jilbab warna merah, ku pasangkan pada kepalaku yang bulat sekali seperti tahu bulat ini, entah kenapa aku tiba-tiba mengambil jilbab warna merah ini, apa ada kaitanya dengan warna kaos laki-laki itu? Ah.. jangan mengada-ngada ya kisanak! Memang semua jilbab di lemari rumahku saat ini merah semua haha, hanya modelnya saja yang berbeda.
Menuju beranda rumah aku suguhkan kopi dan gorengan yang sudah ibu persiapkan.
" Bapak, ini kopinya.." ucapku sebentar kemudian menuju kamar lagi.
" Nduk, tolong ambilkan rokok di atas meja makan " ucap bapak.
" Nggih.. " aku bergegas ke dapur dan mencari rokok di meja makan.
Namun bapak tidak memberi tahuku rokok mana yang harus ku ambil, karena bingung, aku bawa saja rokok itu, tidak banyak sebenarnya hanya ada dua merk rokok itu, " Dji Sam Soe, dan Sempoerna"
Aku berikan rokok itu kepada bapak. " pak, ini rokoknya"
"oke nduk terimakasih ya.. ga mau duduk disini? Ngobrol sama nak ali?" tawar bapak kepadaku.
" nggak pak, masih ada tugas numpuk" (Padahal tugas stalking mantan yang ga ada selesai-selesainya)
Setengah jam kemudian tampak ia izin pulang terdengar suara motor CB yang ia kendarai
Entah kenapa, bapak suka sekali kalau ngobrol dengan laki-laki bernama ali itu.
Ah, bodo amatlah, gak ada kaitannya denganku.
Hei, tunggu! Ada! Sarung itu!
Tiba-tiba ada pesan masuk di watsappku," Assalamu'alaikum  (emot tangan salim atau apalah nama emotnya pokoknya gitu"
Aku lihat profilnya, kali saja ada tanda-tanda yang menunjukkan identitas bahwa ia temanku.
Dan zonk, gak ada fotonya, status watsaap pun hanya bertuliskan " Ada"
Ada apa-apanya mungkin, ahahhaaa...
" Mohon maaf mengganggu waktunya, ini aku yang sedang ngobrol dengan bapakmu, aku mendapatkan nomermu dari bapakmu"
Loh, berani-beraninya minta nomer watsaapku, apa gara-gara bapak enakkan sama dia jadi berani minta nomer watsaapku. Ah tauk. Gumamku saat itu.
Aku hanya membaca watsaapku dari widget yang aku setting untuk melihat pesan tanpa harus membukanya, aku biarkan sampai berminggu-minggu berlalu.

Selama pandemi ini, aku au di temani dengan buku karya Kiyai Husein Muhammad, Gus Usman arrumy, dan Buku nya mbak  Welda sanavero.
Senang sekali rasanya bisa membaca buku karya beliau-beliau, semenjak itu, aku semakin ketagihan dan ketagihan, jari-jariku lihai mengetik judul buku di shoppie.
Checkout dan checkout, baru kali ini aku memanfaatkan aplikasi shoppie, niatku sebenarnya hanya untuk membeli buku-buku, namun aku kecolongan membeli body lation scerlite whitening wkwk. Keinginan yang Alhamdulillah terpenuhi!
Pasan masuk lagi, kali ini bukan salam yang mengawalinya namun puisi milik gus usman yang terlihat di widgetku.
"Apakah cinta pernah melihat ada yang semabuk kita?
Betapa banyak angan telah di bangun di sekitar kita
dan kita berjalan di bawah terang cahaya bulan,
kegembiraan melintas di hadapan kita kita tertawa
seperti dua bocah yang bermain bersama.
Dan ita berlomba mengejar bayangan kita masing-masing.
Kita sadar meski euphoria masih tersisa,
Lalu mengapa kita tak terjaga saja?
Terjaga dari mimpi yang menakutkan,
Dan malam telah datang dan menjadi satu-satunya teman
Ketika cahaya itu menandai terbitnya matahari,
Ketika fajar berlesatkan seperti lidah api
Ketika dunia seperti yang kita tahu,
Ketika para pecinta menapaki jalannya"
 Aku tahu, kamu suka puisi. Tambahnya.
Aku hanya bergeming, dari mana ia tahu bahwa aku sangat menyukai puisi.
Aku mengingat, dan menghubungkan lagi dengan media sosialku.
Iya, berapa tahun lalu aku sangat aktif mempubliakasikan karya-karyaku di facebook, juga caption-capion instagramku yang tak jauh dari puisi.
Aku sangat tertarik dengan puisi gus usman, entah kenapa kata-katanya selalu membuatku jatuh cinta.
Hingga akhirnya aku bergegas membalas pesan dari ali.
" Bagus ya, puisinya, sejak kapan kamu tahu kalau aku suka puisi?" balasku saat itu.
" Sejak Tuhan menuntunku mengagumi perempuan lugu sepertimu"
"ANJAYYY MABARRRR", batinku.
" Bagaimana kuliahnya? Sudah mau selesai ya?" Tanya ia padaku.
" Iya, inshaallah sebentar lagi, ini sedang mengerjakan proposal"
Berbalas pesan, hingga malam mengantarkan kami untuk melanjutkan obrolan saat itu.
Tepat jam 09.00 pagi, pesan masuk dari ali.
" Mau gak nikah sama aku?"
Aku hanya memandangi jam dinding, dan jalan kecil di depan rumah.
Pesannya belum ku balas, butuh beberapa jam untuk membalasnya.
" Hei, sadar ga sih, aku ini bukan anak pondok" dengan kecemasan yang semakin menjadi-jadi.
" Tidak masalah" jawabnya.
Aku tidak tahu apa kelanjutanya, aku rasa Semesta lebih paham bagaimana perasaanu saat itu, do'a terbaik selalu ku panjatkan.
" Semoga berjodoh. Selamat menjalankan aktifitas pagi" pesan terakhirnya.
Tiga hari berturut-turut, gelisah selalu menghampiri, setiap jam 1 pagi terbangun dengan wajah seseorang yang memakai kaos merah itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun