Berbicara mengenai gender akhir-akhir ini semakin menggelinding, menebus sekat-sekat birokrasi, perguruan tinggi, rumah tangga, bahkan pondok pesantren.
Meskipun perbincangan mengenai gender sudah semaakin merebak, namun masih saja terjadi kesalah pahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitanyya dengan upaya pemberdayaan perempuan.
Ketika bertemu dengan beberapa orang, istilah mengenai gender ini ternyata masih menimbulkan tanda tanya dan ketakutan.
Hal ini menjadi wajar, karena mengapa mengingat bahwa pada diri manusia secara naluriah terdapat potensi untuk takut terhadap hal-hal yang belum dikenal atau yang menurutnya itu asing.
Kesalahpahaman mengenai gender ini ternyata tidak hanya pada orang awam saja, namun juga menimpa kalangan terpelajar. Yang mana istilah gender ini dirancukan sebagai Jenis Kelamin. Dan lebih rancu lagi, gender di artikan sebagai jenis kelamin perempuan.
Yang mana, ketika istilah gender ini disebut, yang terbayang dalam benaknya adalah sosok manusia dengan jenis kelamin perempuan.
Padahal istilah gender, bukan hanya menyangkut jenis kelamin perempuan, melainkan juga jenis kelamin laki-laki .
Maka datang dari sini tentunya, penting sekali untuk mengetahui dan memahami bagaimana perbedaan antara jenis kelamin (sex) dan gender.
Pengertian dari jenis kelamin (Sex) itu sendiri ialah perbedaan biologis hormonal dan patologis antara perempuan dan laki-laki. Misalnya, jika laki-laki itu memiliki penis, testis, dan sperma. Sedangkan pada perempuan, memiliki vagina, ovum dan payudara. Laki-laki dan perempuan secara biologis berbeda, dimana masing-masing dari mereka memiliki kelebihan dan kekurangan pada biologis tertentu.
Dimana pada perempuan yaitu bisa mengandung, melahirkan dan menyusui, smeentara pada laki-laki memproduksi sperma. Perbedaan biologis tersebut bersifat qodrati, artinya yaitu pemberian dari Tuhan yang dimana tidak ada seorangpun dapat merubahnya.
Sedangkan yang dimaksud gender itu adalah seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, hak dan perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan (Fayumi, Thahir, Farida, & Viviani, 2001).