Mohon tunggu...
Inamu Dzakiyyatul Jamilah
Inamu Dzakiyyatul Jamilah Mohon Tunggu... Lainnya - Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Mahasiswi "Ngono yo ngono nanging yo ojo ngono"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pusat Pengembangan Karakter

28 Maret 2019   17:55 Diperbarui: 28 Maret 2019   18:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia milik kita bersama, jangan Jauh dari semboyan kita, bahwa kita  Bhenika Tunggal Ika | me

Pendidikan mulai dari pendidikan anak-anak sampai dengan perguruan inggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap karakter dan budaya,tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter dan budaya,  tetapi jauh yang lebih penting bagaimana menyusun dan mensistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya, Hal ini pernah disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kita yaitu Bapak Mohammad Nuh pada Sarasehan Nasional pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa di Jakarta.

Yang mana, beliau pernah menyampaikan beberapa kebiasaan atau budaya yang perlu ditumbuh kembangkan diantaranya adalah budaya apresiasif kontrusif. Menurut beliau siapapun yang dapat memberikan kontribusi positif di lingkungan perlu diberikan apresiasi.

"Kebiasaan memberikan apresiasi itu akan membangun lingkungan untuk tumbuh suburnya orang berprestasi. Kalau lingkungan sendiri tidak mendukung seseorang berprestasi tidak mendukung seseorang berprestasi maka nanti akan terus menerus negative," ucap beliau.

Memberikan apresiasi | bidanku.com
Memberikan apresiasi | bidanku.com

Budaya selanjutnya yang perlu dikembangkan , adalah obyektif komperhensif.  Melalui mentradisikan melihat segala sesuatu itu secara utuh, selain itu budaya yang perlu dikembangkan lagi yaitu rasa penasaran intelektual atau Intelectual curiosity  dan kesediaaan untuk belajar dari orang lain.

Pada kesempatan tersebut juga dihadiri pula mantan Menteri Pendidikan Nasional bapak Yahya Muhaimin yang juga mengatakan, "pengembangan karakter bangsa lebih dtekankan kepada kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku,sehingga setiap sekolah diwajibkan untuk mempunyai statute yang  mana hal itu dicantumkan secara eksplisit dan jelas tentang pengembangan karakter di sekolah melalui program, bukan dalam kurikulum"

Setiap statuta sekolah mencantumkan nilai-nilai dasar yang merupakan ciri khas karakter bangsa Indonesia yaitu yang bersumber pada nilai-nilai agama maupun nilai-nilai kenegaraan, patriotism, dan nasionalisme.

Nilai-nilai tersebut misalnya, jujur, dapat dipercaya, amanah, kebersamaan, peduli kepada orang lain, adil dan demokratis.

Bahwasanya, orang yang mempunyai karakter adalah orang itu mempunyai keyakinan dan sikap dia bertindak menurut keyakinan dan sikapnya itu. Keyakinan itu termasuk suatu kejujuran dasar, kesetiaan terhadap dirinya sendiri dan perasaan spontan bahwa ia mempunyai harga diri dan bahwa harga diri itu akan turun apabila ia menjual diri. Ia tahu apa itu tanggung jawab dan tersedia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia bukan 'orang bendera' yang selalu mengikuti arah angin. Ia bisa saja fleksibel, tawar menawar, mau belajar dan berkembang dalam pandangannya.

Feodalisme para pendidik tidak memungkinkan karakter anak-anak didiknya berkembang semestinya.

Apabila pendidik membuat anak menjadi Manutan dengan nilai-nilai penting, tenggang rasa, dan tidak membantah maka karakter anak tidak akan berkembang.

Sebagaimana orang tua yang mengharapkan karakter anak, ya itu harus diberi semangat dan didukung agar ia menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternative, dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Dimana anak juga diajarkan untuk berfikir sendiri.

Mengenai hal ini saya mengambil contoh kecilnya saja, dahulu ketika saya meminta bantuan menyelesaikan sebuah soal mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu , spontan saya langsung bertanya kepada ibu atau bapak saya apa jawaban dari soal tadi, karena terbawa rasa malas dan tidak tahu apa yang mau dikerjakan cara efektifnya adalah bertanya (modal cari enak).

Boro-boro di kasih jawaban yang melegakan anak perempuan yang saat itu masih menduduki kelas bangku dasar,  ibu dan bapak hanya menjawab. " Sebelum kamu bertanya kepada ibu dan bapak mengenai soal itu, di baca dulu itu ringkasan materinya"

Awalnya sempet nangis, gara-gara aku gak paham, namun dari hal ini saya bisa belajar melalui membaca terlebih dahulu sebelum bertanya kepada orang lain. Tentunya secara tidak langsung ibu dan bapak saya ikut andil dalam membentuk karakter pada diri anaknya.

Dan hal ini masih terbawa di usia 19 tahun saya, bahwasanya segala sesuatu yang sudah terjadi dimasa lalu juga terdapat pelajaran yang dapat diambil untuk menjalani hari selanjutnya.

Ketika melihat mayoritas teman-teman ada yang menyontek didalam ujian misalnya, secara otomatis diri sudah dapat membentengi dari mencontek, karena apa, karena didalam diri sudah ada bekal, untuk berjanji pada diri untuk tetap supportif dalam keadaan tersebut.

gontor.ac.id
gontor.ac.id

Abdullah syukri Zarkasy (Pimpinan Pesantren Modern Gontor) , mengatakan " Keteladanan yang diberikan kepada santri oleh pengasuh tidak hanya sekedar manusiawi dan moralitas, tetapi juga penampilan dan cara berbicara. Keteladanan juga harus mempunyai produktivitas, sehingga bisa berbuat dan bekerja. Sebab ada yang moralnya baik, tetapi tidak bisa apa-apa." Lebih lanjut beliau juga mengatakan, " para santri yang tersebar 16 cabang diseluruh Indonesia diberikan tugas yang bermacam-macam untuk dapat mandiri. Namun, penugasan-penugasan itu tidak hanya masalah pelajaran, tetapi bermacam-macam kegiatan secara totalitas kehidupan. Penugasan merupakan sebuah pendidikan, yang mana hal itu tidak hanya didapatkan didalam kelas atau bangku sekolah, namun juga melalui lingkungan masyarakat." (Sumber : Depdiknas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun