Mohon tunggu...
Farizky Aryapradana
Farizky Aryapradana Mohon Tunggu... Freelancer - D.Y.N.A.M.I.N.D

Just follow the flow of my mind.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Peristiwa yang Membuat Syed Saddiq Mendirikan "Partai MUDA"

4 September 2020   17:25 Diperbarui: 4 September 2020   17:40 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CERITALAH/Joey Kit Yong

Pada bulan Juli lalu, di dalam sidang parlemen, Kementrian Komunikasi dan Multi Media (KKMM) mengajukan suatu peraturan. Peraturan itu kurang lebih berisi: Semua produk gambar atau video yang beredar di masyarakat, harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari Lembaga Perfilman Nasional (FINAS).

Usul itu sontak membuat resah anak-anak muda Malaysia. Layaknya anak muda di dunia, banyak dari mereka yang kini berprofesi sebagai content creator. Media-media sosial, kini menjadi arena tempat mereka berkarya menghasilkan gambar atau video. Jika usul dari pemerintah tersebut dikabulkan, mereka khawatir akan mengalami pembatasan kreativitas secara massif oleh pihak yang lebih kuat.

Tak hanya itu, biaya untuk mengurus izin tersebut dinilai memberatkan. Untuk mendapatkan izin sebuah gambar atau video, diperlukan uang senilai 50.000 ringgit terlebih dahulu! Sebuah nilai yang memberatkan apalagi di tengan ancaman krisis ekonomi begini.

Hal itulah yang kemudian, membuat anak-anak muda Malaysia merasa bahwa, para politisi kawakan itu tidak paham dengan sistem berpikir dan cara kerja para anak muda. Politisi itu tidak paham bahwa, dunia sudah berubah menjadi lebih cepat dan lebih disruptif. Anak muda Malaysia khawatir, jika para pejabatnya tidak bisa beradaptasi dengan perubahan teknologi yang kilat, maka ladang penghasilan mereka juga akan terancam.

3. "Veveonah Mencari Sinyal"
Pada era pandemi corona sekarang, membuat pertemuan secara fisik harus dibatasi. Hal itu tentunya mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita, salah satunya adalah pendidikan. Pertemuan sekolah secara rutin di kelas, kini diganti dengan sekolah melalui gadget secara virtual. Hal itu juga ternyata berlaku di negeri tetangga Malaysia.

Seorang anak Malaysia bernama Veveonah Mosibin, mengunggah sebuah video yanh berisi kegiatan belajarnya secara daring. Namun, video itu justru memesankan sebuah ironi proses belajar-mengajar di sana. Veveonah harus terlebih dahulu memanjat pohon, untuk mendapatkan sinyal yang baik.  Hal itu jelas menunjukan bahwa infrastruktur digital Malaysia, belum dapat mengakomodir kebutuhan para pelajar.

Video viral tersebut kemudian juga dibahas di dalam parlemen (3/9). Namun, jawaban pihak pemerintah justru menimbulkan bumerang. Wakil Menteri KKMM, menyatakan bahwa video yang diunggah oleh Veveonah hanyalah sebuah "prank" belaka. 

Wakil Menteri itu menegaskan bahwa, pekerjaan Veveonah sebagai content creator telah mengecoh kita semua. Padahal mengacu pada sumber yang valid, Veveonah benar-benar mengalami hal tersebut. Jawaban tersebut tentunya membingungkan dan sekaligus menyakiti hati Veveonah.

Sontak, hal itu menimbulkan anak-anak muda Malaysia meradang. Mereka merasa bahwa, pemerintah menganggap suara anak-anak muda sebagai sesuatu yang tidak kredibel. Lebih tajam lagi, pemerintah dianggap telah mempermalukan dan menghina suara tulus dari anak-anak mudanya. Respon dari KKMM tersebut, menguatkan sentimen bahwa pemerintah Malaysia "tidak nyambung" dengan kebutuhan mendesak para anak mudanya. Syed Saddiq pun ikut bersuara lantang atas kasus ini.

Sebenarnya, masih banyak peristiwa-peristiwa lain yang kelihatannya mempengaruhi keputusan Syed Saddiq. Tapi yang jelas, Syed Saddiq merasa suara anak-anak muda di sana memang harus dijaga. Arus kemarahan para pemuda-pemudi di sana, akan ditampung di dalam gerbong barunya. Sebuah partai baru yang disebut-sebut akan diberi nama: MUDA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun